Saat anak kami yang sulung beranjak remaja, dia sangat antusias mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Saya dan istri sangat mendukung, karena berdasarkan pengalaman ilmu-ilmu pengalaman berorganisasi ternyata sangat dibutuhkan saat bekerja. Suatu saat anak saya menanyakan kegiatan apa saja yang diikuti ibunya saat masih sekolah.
“Ibu dulu tidak pernah ikut kegiatan ekstrakurikuler nak…Dulu badan ibu suak (rapuh,gampang sakit).”
“Sekarang kok Ibu sehat dan kuat?”
“Sekarang Ibu harus sehat dan kuat, karena bila ibu lemah bagaimana dengan anak-anak Ibu? Ibu harus sehat dan kuat untuk menjaga anak-anak Ibu”
“Berarti sebenarnya dulu Ibu juga bisa kuat dong kalau mau….?!”
Istri saya terdiam, mencari kata-kata yang tepat sebagai jawaban. Saya merasa saatnya untuk nimbrung dalam obrolan.
“Dulu saat masih sekolah, siapa yang mengatakan kalau badan Ibu suak?”
“Yangkung dan Yangti (kakek dan nenek, orang tua istri). Tapi kenyataannya Ibu memang sering sakit dulu…”
Saya tergoda untuk ikut nimbrung dalam pembicaraan yang menarik ini,“Mungkin awalnya Ibu memang pernah beberapa kali sakit. Karena sayang kepada anak, Yangkung dan Yangti sangat menjaga Ibu. Mereka tidak ingin anaknya sakit khan? Tanpa disadari mereka terlalu menjaga dan melindungi Ibu. Mereka berkali-kali menasehati ibu, bahkan terlalu sering, bahwa Ibu harus menjaga kesehatan. Tanpa disadari, Yangti,Yangkung, dan Ibu memutuskan bahwa tubuh Ibu suak, bahwa Ibu adalah anak gadis yang berbadan suak. Akhirnya itulah yang terjadi,” begitu kata saya.
Istri saya terdiam, masih bimbang antara setuju dengan tidak.
“Saat menikah Ibu tidak tinggal lagi dengan Yangkung dan Yangti. Bapak tidak pernah tahu tentang riwayat kesehatan Ibu sehingga tidak pernah menyinggung badan Ibu yang suak. Bapak ingin dan merasa punya istri yang sehat dan kuat. Alhamdulillah Ibu jadi sehat dan kuat” saya tersenyum sambil meremas lengan istri.
Teman-teman, begitu mudah kita memvonis diri sendiri dan orang lain hanya berdasarkan beberapa kali kejadian. Hanya beberapa kali masuk rumah sakit sudah divonis orang penyakitan. Hanya beberapa kali berbuat jahat sudah dijuluki orang jahat. Bahkan saat dia berbuat baikpun julukannya tetap digunakan, orang akan mengatakan sebagai ‘orang jahat yang berbuat baik’. Padahal mungkin dia sudah bertaubat, mungkin kejahatan yang dulu pernah dia lakukan karena dia tidak tahu atau khilaf.
Saat teman anda sedang mengalami musibah, anda mungkin mengatakan :
“Kasihan kamu…Musibah berkali-kali datang menimpamu.Yang sabar ya… Aku turut berduka cita”
Tapi anda juga bisa mengatakan :
“Kamu sangat kuat dan tabah…Aku yakin kamu bisa tetap kuat dan sabar menghadapi semua ini. Aku turut berduka cita dan siap membantumu”
Bisa anda rasakan perbedaannya?
Teman-teman, banyak pilihan identitas yang bisa kita pilih untuk kita gunakan atau kita berikan kepada orang-orang di sekitar kita. PILIH IDENTITAS yang TERBAIK dan BERMANFAAT untuk diri sendiri maupun orang lain.
Hiduplah efektif dan berbahagialah
Editor's Note:
Sesering apakah kita men-judge orang lain? Dan yang lebih penting, sesering apakah kita men-stigma diri sendiri? Semua itu kembali pada pikiran masing-masing. Andai kebanyakan orang bisa memandang segala permasalahan di dunia ini dengan pikiran bersih dan lurus, mungkin masalah-masalah yang ada tidak akan terlalu rumit.
Sering, kita jugalah yang membiarkan lingkungan menghancurkan diri kita. Bahkan secara tak sadar bisa jadi kita telah menghancurkan seseorang dalam lingkungan kita. Naudzubillah....
Neko jadi inget kata-kata ayah Neko, "Dunia itu kejam. Dalam lingkungan pergaulan, orang-orang di dalamnya selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan yang paling lemah. Bukan karena dia lebih baik dari kita. Tapi agar dia bisa membuat dirinya atau lingkungannya berpikir bahwa dia lebih baik dari 'orang yang dia hancurkan'.
Begitulah. Yang paling baik adalah mengenal potensi dan kelemahan diri sendiri. Kadang kita juga membutuhkan masukan dari beberapa orang terpercaya yang bisa berfungsi sebagai cermin. Tapi siapa yang lebih mengenal diri kita kalau bukan diri kita sendiri.
Benar-benar tulisan yang bermanfaat, Pak Dian. Jazakallah...
Kali ini Neko cuma menambahkan sedikit saja pada karya Pak Dian kali ini. Jauh lebih sedikit dari postingan yang lalu eheheh... Yaitu pada bagian ini:
Saya tergoda untuk ikut nimbrung dalam pembicaraan yang menarik ini,“Mungkin awalnya Ibu memang pernah beberapa kali sakit. Karena sayang kepada anak, Yangkung dan Yangti sangat menjaga Ibu. Mereka tidak ingin anaknya sakit khan? Tanpa disadari mereka terlalu menjaga dan melindungi Ibu. Mereka berkali-kali menasehati ibu, bahkan terlalu sering, bahwa Ibu harus menjaga kesehatan. Tanpa disadari, Yangti,Yangkung, dan Ibu memutuskan bahwa tubuh Ibu suak, bahwa Ibu adalah anak gadis yang berbadan suak. Akhirnya itulah yang terjadi,” begitu kata saya.
Yap, cuma dua kalimat yang Neko tebali. Well, hanya sekedar untuk memperjelas, siapa yang sedang berbicara saat itu. Karena untuk beberapa detik, saya sempat mengira kata-kata ini keluar dari anak Pak Dian. Tapi kok rasanya dewasa sekali. Neko baru ngeh setelah membaca beberapa baris sesudah kalimat ini. Overall sebenarnya udah perfect. Jadi anggap aja ulasan di atas cuma alasan Neko biar editor's note-nya nggak pendek-pendek amat. HUAHAHAHA... Cherio!
Mizuki-Arjuneko
Profil Penulis:
Pak Dian dengan kelinci-kelincinya
|
Nur Muhammadian atau yang lebih dikenal sebagai "Pak Dian" (nama beken beliau saat di FLP Malang) adalah lulusan dari Universitas Brawijaya tahun 1994. Pernah bekerja sebagai core engineer di perusahaan telekomunikasi Indosat. Pak Dian bergabung dalam keluarga besar FLP pada tahun 2008. Awalnya saat FLP UM membuka Writing School selama 3 bulan. Dan sejak saat itu, Pak Dian pun sering menjadi tempat curhatan para pengurus FLP UM (kemudian FLP Malang), karena ke-cool-annya dan sudut pandangnya yang menarik dalam melihat setiap permasalahannya (cieee...).
Pendek kata, Pak Dian enak banget deh kalau diajak diskusi. Sekarang Pak Dian memilih untuk berwirausaha membuka peternakan kelinci. Tulisan-tulisan beliau yang tidak kalah oke dengan yang di atas dapat langsung diakses di blog beliau di: motivasihidupsukses.wordpress.com
0 Comment to "(KRUPUK UNTUK JIWA): Pilih Identitas"
Post a Comment