Pernah gak, menyodorkan karya ke orang lain, berharap diberi kritik membangun, tapi cuma dapat sirik? Atau, hanya dijawab ada yang kurang tapi tidak tahu di mana.
Banyak juga yang sungkan mengkritik karena belum pernah
menulis. Atau, kita hanya dihujani puji-pujian, lebih parah lagi cuma kata
mantaaappp, siippp, lanjutkaannn, de el el.
Nah, FLP Malang punya program nih yang bisa menjawab
semua masalah itu, yaitu sharing karya.
Program ini sudah diterapkan FLP Malang selama lebih dari empat tahun bahkan
kemudian menjadi agenda mingguan. Melalui program ini, sebuah karya diapresiasi
dan dikritik. Seluruh peserta membaca karya yang di-share kemudian memberi komentar. Karya dievaluasi oleh anggota yang
sudah berpengalaman, bahkan ada akademisi sastra dan penulis nasional juga lho.
Jadi, karya tidak hanya dievaluasi dari kaca mata pembaca tetapi juga teknik
kepenulisan.
Sebagai pembuat karya, kita jadi tahu celah karya kita.
Jika ada kekurangan maka evaluator mendeteksi bagian yang terinfeksi, apakah keberhasilan
membangun ‘efek setan’, rasa bahasa, logika cerita, efektivitas dialog, dan
lainnya. Evaluator juga memberi tips-tips sesuai hasil evaluasinya.
Program sharing karya
bukan ajang tabur pujian gombal, bukan pula pembunuh semangat. Apresiasi
disampaikan apa adanya, kritik difokuskan pada karya. Semua itu dilakukan
sesuai dengan tujuannya, yang
disampaikan oleh Muhammad Hafidz
Mubarok, Ketua Divisi Pembakardiriku* FLP Malang, yaitu “menjadi cambuk penyemangat
untuk mematangkan tulisan”.
So, aspek apa saja sih yang harus dievaluasi dari karya kita?
Bagaimana apresiasi dan kritik yang membangun? Temukan jawabannya di sharing karya, Writing Camp FLP Malang
2014.
*Pengembangan Karya dan Kaderisasi
Kurikulum
0 Comment to "SHARING KARYA: ADA APRESIASI DAN KRITIK NYATA"
Post a Comment