Sosialisasi merupakan kegiatan dimana penulis berinteraksi dengan orang
lain. Penulis terlibat dalam tegur-sapa, bercakap, bahkan berdiskusi dan tolong-menolong. Kegiatan ini
juga bisa sampai pada pembentukan kelompok di antaranya komunitas atau organisasi.
Banyak penulis pemula yang bersemangat menggali teori kepenulisan baik dari
buku, seminar, dan sebagainya tetapi kemudian gamang dalam mempraktikannya. Ada siluman mental
block berwujud ‘banyak alasan’ untuk menunda menulis. Kebanyakan penulis
pemula dihantui rasa takut salah dan gagal. Nah, pada saat seperti ini, seseorang perlu ‘pecutan’ dari luar.
Bersosialisasi
dengan sesama penulis efektif untuk menerobos kegamangan. Perasaan iri dan malu
dalam diri saya semakin tergugah setelah berkumpul dengan mereka. Kabar teman-teman yang telah memublikasikan karya atau sedang bergulat
menelurkan karyanya menjadi ‘pecutan’ untuk melakukan hal yang sama. Saya juga seperti ingin merasakan bahagianya menderita dalam perjuangan seperti
mereka. Setidaknya, bergabung dengan komunitas atau organisasi kepenulisan mendorong saya untuk mau menjalani proses.
Minimnya akses informasi kadang membuat calon penulis tidak tahu pentingnya
banyak membaca, menonton film, mengamati alam, bagaimana karya berkualitas yang
patut dicontoh, dan lainnya. Setelah bergabung di berbagai komunitas dan
organisasi, khususnya FLP Malang, saya baru tahu semua itu. Anggota FLP Malang dengan kapasitas beragam, dari penulis
nasional hingga pemula, memberi saya banyak pelajaran terkait teknik menulis
dan aktivitas pendukungnya. Banyak hal
yang tidak tersedia di internet atau buku teori menulis. Ada juga hal-hal simpel tetapi penting dan tidak saya sadari saat belajar otodidak.
Dengan berinteraksi langsung, saya
bisa menggali hasil belajar panjang dari anggota senior. Saya bisa bertanya
sesuai kebutuhan dan mengorek sampai jelas. Banyak juga hal-hal yang bisa
diperoleh di buku atau internet tetapi lebih mudah diingat saat diperoleh dari
interaksi langsung. Momen-momen saat berinteraksi
membantu saya dalam mengingat.
Semangat saling mendukung antarpenulis dapat berwujud apresiasi dan kritik. Sharing karya menjadi momen spesial dimana kawan-kawan FLP Malang
bersedia mengevaluasi karya kawan lainnya. Hal itu tidak hanya dilakukan pada
karya berdurasi pendek tetapi juga panjang. Pada sesi tersebut, evaluasi berangkat
dari kaca mata pembaca dan teknik kepenulisan. Evaluasi karya juga melalui forum personal seperti pada novel “2B”
karya Maulida Azizah dan saya. Hasil evaluasi ini bisa menjadi testimoni (endorsement).
Saya suka menulis sejak SD, tapi
hingga SMA, saya hanya menulis untuk
konsumsi pribadi dan teman-teman dekat serta selalu gagal di lomba. Saya sadari dulu saya tidak mengerti
bagaimana mengirim karya ke media massa atau ke lomba. Selain syarat
administrasi, ternyata ada faktor tidak tertulis yang harus
diamati terkait media atau penyelenggara lomba. Inilah yang saya peroleh dari
FLP Malang sehingga saya mulai berani ikut lomba. Beberapa sudah beruntung di
samping beberapa masih belum rejekinya.
Bergabung dalam komunitas atau
organisasi kepenulisan membawa saya kepada orang-orang dengan profesi terkait. Banyak di
antara mereka yang bekerja di penerbitan, percetakan, penjualan offline maupun online, bahkan
terapis.
Dari mereka, saya belajar bagaimana membaca pasar, menjalin kerja sama, mempromosikan karya, menerapi mental, dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat diperoleh di samping belajar langsung pada kawan penulis
yang telah menerbitkan karya.
Interaksi dengan
berbagai karakter orang dari berbagai latar belakang dan profesi memberi banyak
wawasan, referensi, dan inspirasi. Bersosialisasi dengan berbagai karakter
orang menjadi sumber pengetahuan saya terkait
karakter tokoh. Pengalaman interaksi langsung dengan karakter yang diciptakan memperdalam penjiwaaan terhadap karakter tersebut. Menyelami berbagai
latar belakang orang merupakan akses pengetahuan akan warna kehidupan dan
pelajaran yang dapat ditarik darinya. Mengenal berbagai latar belakang dan
profesi dapat memudahkan proses riset. Proses semacam ini juga dapat
melahirkan ide-ide tulisan.
Rasa percaya dalam jalinan hubungan yang baik dapat
menjadi akses informasi penting. Informasi tesebut dapat berupa dokumen ataupun
keterangan kontroversial yang sulit diakses di jalur publik. Misal, informasi
sebaran perdagangan illegal.
Bertemu dengan berbagai orang dengan
berbagai keahlinan membuka jalan kolaborasi. Menarik, saat
menyelami dunia baru dengan bentuk karya dan tantangan baru. Karya kemudian
secara tidak langsung menjamah segmen yang lebih luas misalnya, penikmat film
atau pecinta komik.
Begitulah sosialisasi menjadi salah satu sembako penulis.
Bersosialisasi merupakan solusi untuk mulai menulis, meningkatkan kualitas
tulisan, dan menghasilkan karya. Maka, semakin banyak menjaring, semakin banyak
yang ditangkap.
0 Comment to "SOSIALISASI: SALAH SATU SEMBAKO PENULIS"
Post a Comment