BACA, NONTON, TARGET, DAN KOMITMEN

Wew, akhirnya kita recoki juga seleb FLP Malang satu ini. Siapa yang bermimpi menjadi penulis produktif patut mencontoh manajemen waktu beliau ini. Dialah Mashdar Zainal atau Pak Dar yang cerpennya sudah merambah penjuru media massa nasional dari Kompas,  Jawa Post, Majalah Femina, Majalah Story, Surabaya Post, Suara Merdeka, Tabloid Nova, dan masih banyak lagi. Sajak-sajaknya pernah nongkrong di Lampung Post. Salah satu sabetan lombanya adalah Juara III Kategori C pada Lomba Cerpen Remaja 2013. Novelnya, ada "Iktikraf Sekuntum Melati", "Zalzalah", dan yang terbaru nih "Dan Burung-Burung Pun Terbang Ke Sarangnya".  Novel terbarunya ini masih bisa didapat di toko buku Malang lho.
Wawww, prestasi yang mengilerkan. Semua itu tidak diperoleh instan. Mau tahu bagaimana jatuh bangunnya? Apa rahasianya? Grab fast deh cuap-cuap dengan beliau berikut.

Gimana nih, Pak, ceritanya kok bisa tertarik menulis?
Tertarik sejak suka baca cerpen, buat mengisi waktu luang, sekitar tahun 2003/2004. Karya-karya menarik yang kuingat itu "Robohnya Surau Kami" karyanya AA Navis, Kumpulan Cerpen Pemenang Lomba FLP Tahun Tahun 2002, Antologi Cerpen "Luka Telah Menyapa Cinta" Helvy Tiana Rossa, dan lain-lain. Dari situ jadi pengen menulis sementara lingkungan sekitarku tak peduli perihal itu, khususnya fiksi. Pertama kali menulis tahun 2004, cuma, baru asal nulis. Tahun 2006, aku baru baca novel, yang pertama, "Tengelamnya Kapal Van der Wijck", Buya Hamka, penulis idolaku.
Tahun 2009, aku baru serius nulis buat dikirim ke media. Aku memutuskan jadi penulis lebih karena nyaman. Perihal bonus, dan lainnya itu jadi motivasi saja meski akhirnya juga diperhitungkan. Aku menulis untuk mencerahkan, menginspirasi, atau setidaknya menghibur.

Gimana hasilnya tulisan yang diseriusi pertama kali itu?
Itu cerpen "Bocah Pasir Brantas", aku ikutkan ke lomba tingkat kampus, dapat Juara II, lalu dimuat di Suarabaya Post, Minggu, 10 April 2010.
Siapa yang pertama kali dipercaya membaca tulisannya, Pak?
Zainal, kawan karib semasa kuliah.

Belajar teorinya dari mana, Pak?
Satu kata: baca. Teori dan tetek bengeknya sudah tercakup dengan sendirinya dengan banyak baca.

Apa benar untuk jadi penulis itu perlu bakat?
Menulis tidak ada hubungannya dengan bakat.

Apa sih yang mendorong Pak Dar mau melalui masa ribet riset, editing, dan sebagainya? Rahasianya?
Menengok karya-karya bagus yang sudah ada. Rahasianya, komitmen dan target.
Aku pribadi, satu hari baca minimal satu cerpen dan seminggu satu novel. Kalau menulis, seminggu minimal satu cerpen dan mengedit tulisan yang ada. Itu semua di luar proyek novel. Juga, dalam seminggu aku wajib nonton lima film.

Sebagian orang masih tabu dengan pekerjaan menulis, menganggapnya kurang menghasilkan, atau hanya milik kalangam mampu, gimana menurut Pak Dar?
Menurut saya, siapapun yang pernah sekolah, harusnya ia menulis. Ia sudah tahu caranya menulis dan bisa membaca lalu kenapa tidak dipakai.

Pernah ditolak atau kalah lomba?
Ditolak berkali-kali, tak terhitung. Kalah lomba sudah biasa. Untuk bangkit ya harua sadar diri pada proses.

Enaknya jadi penulis apa sih, Pak?
Karya dibaca orang seantero negeri dan dapat bonus buat tambah beli sabun.

(Ummu Rahayu & Ariska Puspita Anggraini)

Share this

Artikel Terkait

0 Comment to "BACA, NONTON, TARGET, DAN KOMITMEN"

Post a Comment