Wawww,
prestasi yang mengilerkan. Semua itu tidak diperoleh instan. Mau tahu bagaimana
jatuh bangunnya? Apa rahasianya? Grab
fast deh cuap-cuap dengan beliau berikut.
Gimana nih, Pak, ceritanya
kok bisa tertarik menulis?
Tertarik sejak suka baca cerpen, buat mengisi waktu luang, sekitar
tahun 2003/2004. Karya-karya menarik yang kuingat itu "Robohnya Surau
Kami" karyanya AA Navis, Kumpulan Cerpen Pemenang Lomba FLP Tahun Tahun
2002, Antologi Cerpen "Luka Telah Menyapa Cinta" Helvy Tiana Rossa,
dan lain-lain. Dari situ jadi pengen menulis sementara lingkungan sekitarku tak
peduli perihal itu, khususnya fiksi. Pertama kali menulis tahun 2004, cuma,
baru asal nulis. Tahun 2006, aku baru baca novel, yang pertama,
"Tengelamnya Kapal Van der Wijck", Buya Hamka, penulis idolaku.
Tahun 2009, aku baru serius nulis buat dikirim ke media. Aku
memutuskan jadi penulis lebih karena nyaman. Perihal bonus, dan lainnya itu
jadi motivasi saja meski akhirnya juga diperhitungkan. Aku menulis untuk
mencerahkan, menginspirasi, atau setidaknya menghibur.
Gimana
hasilnya tulisan yang diseriusi pertama kali itu?
Itu cerpen "Bocah Pasir Brantas", aku
ikutkan ke lomba tingkat kampus, dapat Juara II, lalu dimuat di Suarabaya Post,
Minggu, 10 April 2010.
Siapa
yang pertama kali dipercaya membaca tulisannya, Pak?
Zainal, kawan karib semasa kuliah.
Belajar teorinya dari mana, Pak?
Satu kata: baca. Teori
dan tetek bengeknya sudah tercakup dengan sendirinya dengan banyak baca.
Apa benar untuk jadi penulis itu perlu bakat?
Menulis
tidak ada hubungannya dengan bakat.
Apa sih yang mendorong Pak Dar mau melalui masa ribet
riset, editing, dan sebagainya? Rahasianya?
Menengok karya-karya bagus yang sudah ada. Rahasianya,
komitmen dan target.
Aku pribadi, satu hari baca minimal satu cerpen dan
seminggu satu novel. Kalau menulis, seminggu minimal satu cerpen dan mengedit
tulisan yang ada. Itu semua di luar proyek novel. Juga, dalam seminggu aku
wajib nonton lima film.
Sebagian orang masih
tabu dengan pekerjaan menulis, menganggapnya kurang menghasilkan, atau hanya
milik kalangam mampu, gimana menurut Pak Dar?
Menurut saya, siapapun yang pernah
sekolah, harusnya ia menulis. Ia sudah tahu caranya menulis dan bisa membaca
lalu kenapa tidak dipakai.
Pernah
ditolak atau kalah lomba?
Ditolak berkali-kali, tak terhitung. Kalah
lomba sudah biasa. Untuk bangkit ya harua sadar diri pada proses.
Enaknya
jadi penulis apa sih, Pak?
Karya dibaca orang seantero negeri dan
dapat bonus buat tambah beli sabun.
(Ummu Rahayu & Ariska Puspita
Anggraini)
0 Comment to "BACA, NONTON, TARGET, DAN KOMITMEN"
Post a Comment