(DAS FICTION) The Legend of MIAMI: Lost of Civilization

Minggu, tanggal 22 September 2013, FLP Malang kembali menggelar acara bedah karya anggota. Kali ini karya yang beruntung untuk dibedah adalah: The Legend of Miami (Lost of Civilization), karya Jihan Eria Javanica.  Karya kali ini termasuk istimewa dan beda dari karya-karya yang pernah dibedah divisi sebelumnya. Jika anggota FLP Malang yang lain lebih banyak fokus kepada genre drama, Jihan membawa kesegaran dengan menyodorkan karya bergenre fiksi fantasi! Dari judulnya saja sudah terlihat megah kan :)

Yeah! Karya yang akan Anda baca ini memiliki genre yang sama dengan serial Percy Jackson, Harry Potter, dan kawan-kawannya. Tentunya dengan polesan dan asahan di sana-sini, Neko yakin di masa depan Jihan akan menjadi salah satu penulis karya fiksi fantasi untuk remaja dan anak-anak yang diperhitungkan di tanah air. Yak seperti apa sih karyanya? Just check it out! ;)

The Legend of MIAMI
(lost of civilization)

oleh: Jihan Eria Javanica

“Em... apa mungkin semua ini adalah sebuah anugerah? atau malah kutukan? atau mungkin keduanya?”, gumam Nico dengan serius mengamati satu persatu simbol-simbol yang tertera pada prasasti-prasasti kuno.
Di ruang 7x6 meter itu, sudah hampir satu bulan Nico berada disana, memerhatikan tiap detil prasasti-prasasti kuno yang telah Ia temukan satu bulan yang lalu.  Ya, memang benar, cowok berwajah ketimuran yang sebentar lagi berusia 20 tahun itu adalah penggila sejarah. Bahkan teman-temannya memeberi julukan ‘History Zombie’ kepadanya. Nico tidak akan berhenti sebelum ia mendapatkan apa yang dia mau. Nico selalu mendengungkan prinsip “Sebelum ajal pantang mati”.
“Ya!!! aku tahu arti semua ini, ini adalah sebuah cerita kuno berabad-abad yang lalu, sebuah cerita yang terlupakan dan hilang terbawa masa”, teriak girang Nico. “Kalau begitu aku akan mulai membaca prasasti-prasasti ini dari awal”. Dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu yang luar biasa, Nico mulai membacanya.
Ini adalah sebuah cerita yang sudah tertidur lama. Jangan kau bangunkan, karena ia akan selalu mengusikmu, tapi jangan kau biarkan tertidur terlalu lama karena ia adalah kunci rahasia dari semua rahasia yang belum pernah terpecahkan. “Em... apa maksudnya ya? apa mungkin ini adalah sebuah peringatan? atau kebenaran yang belum terungkap?”, berjuta pertanyan telah menggeliat didalam otak Nico. “Baiklah, aku akan teruskan membacanya, gayung tersambut kata terjawab!!”.
***
Berawal dari sebuah peradaban mesir kuno yang bernama Miami, awal mula dari semua peradaban. Mereka adalah peradaban yang makmur, sangat kuat, dan berjaya pada masanya. Dikatakan peradaban Miami, karena mereka memiliki sebuah batu mulia yang mempunyai kekuatan sangat dahsyat dan mereka menyebutnya batu Miami. Batu itu menjadi pondasi dari peradaban mereka. Batu Miami dipegang secara turun-temurun oleh raja karena hanya raja dan keturunannyalah yang bisa menggunakan batu itu. Pada saat itu peradaban Miami dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana bernama raja Zertus III, dan rakyat yang sangat menghormati raja. Mereka percaya bahwa raja adalah titisan dewa, menurut mereka melawan raja sama dengan melawan dewa. Peradaban Miami sangat memercayai kekuatan magis, dan kekuatan magis terbesar ada ditangan raja dan batu Miami.
Seiring berjalannya waktu, ketentraman masyarakat Miami mulai terusik, ketika bermunculan pemberontak-pemberontak yang menginginkan batu Miami. Diantara pemberontak yang paling kuat berasal dari partai Ordoks dan partai Nahoa, akan tetapi penumpasan yang paling besar adalah melawan pemberontak dari partai Nahoa. Meskipun partai itu dipimpin oleh seorang wanita, tapi penumpasannya terjadi selama berbulan-bulan. Dan akhirnya dengan bantuan batu Miami, Nahoa dapat dikalahkan dengan membunuh pemimpin mereka dan menggantung kepalanya di alun-alun kota. Tapi bukan berarti batu Miami sudah aman. Yang pasti, ada gula ada semut.
Negeri Miami makmur kembali. Seperti biasa, raja Zertus III duduk diatas singgasananya yang sangat megah dan indah, dan dengan segala wibawa yang dimilikinya raja Zertus III memerintah. Pada saat raja Zertus III sedang mendiskusikan kemenangan menumpas pemberontak dengan para mentri, tiba-tiba datanglah seorang dari kaum pengerajin yang ingin menghadap.
“Hormat hamba pada yang mulia”, kata gadis cantik itu dengan lembut.
“Ada apa gerangan kau kesini?”, tanya raja Zertus III.
“Ampuni hamba yang mulia, hamba hendak meminta keadilan kepada yang mulia”. “Keadilan?? coba ceritakan apa yang membuatmu merasa terdholimi di negeriku ini? dan bukankah kau dari kaum pengerajin?”.
“Benar yang mulia, hamba dari kaum pengerajin. Maafkan hamba jika hamba lancang dan berani menghadap yang mulia. 5 terang yang lalu kaum pengerajin di desa kami disiksa habis-habisan oleh kaum bangsawan karena tidak membayar pajak”, jawab gadis itu dengan suara khas lembutnya.
“Bukankah itu sudah menjadi kewajiban kalian?, lalu apa yang membuat kalian meresa tidak adil?”.
 “Beribu-ribu maaf yang mulia, tapi sudah 4 purnama ini kaum bangsawan menetapkan pajak 7 kali lipat lebih besar dari biasanya, dan jika kami tidak membayar atau melaporkannya kepada yang mulia mereka tidak segan-segan menganiaya bahkan membunuh kami”, tutur gadis itu.
“Apa?!! apa yang kau katakan itu benar?”.
“Mana mungkin hamba berbohong, hamba tidak berani yang mulia”.
“Lancang!! sungguh lancang! beraninya mereka melangkahiku!. Baiklah, aku akan mengurusnya dan jika perkataanmu benar, aku akan menghukum mereka. Dan jika diperlukan aku akan memenggal kepala mereka untuk kalian, agar ini semua menjadi pelajaran untuk yang lainnya. Dan untukmu, karena keberanianmu aku akan memberikanmu hadiah”, titah raja Zertus III.
“Hormatku pada yang mulia, terima kasih yang mulia, yang mulia sungguh bijaksana, hamba akan mengabarkan berita baik ini kepada saudara-saudara hamba”.
***
Setelah kejadian itu, diam-diam raja Zertus III menaruh hati kepada gadis pengerajin itu.
“Hm.. sebenarnya siapa gadis itu? dia begitu cantik dan kelihatannya dia juga pintar, berani, dan  jujur. Sungguh sosok yang sempurna. Mungkin negeri ini membutuhkan dia untuk membawa kejayaann dan untuk melindungi batu Miami”, batin raja Zertus III.
Keesokan harinya raja Zertus III mengeluarkan titahnya untuk memanggil gadis pengerajin itu. Raja Zertus III menganugerahkan keagungan raja pada gadis itu dengan menjadikannya selir. Awalnya para mentri tidak setuju dengan keputusan tersebut, karena gadis itu berasal dari kasta rendah, akan tetapi apa boleh buat, dalam peraturan kerajaan, mentri tidak boleh ikut campur dengan urusan rumah tangga raja.
Pada  saat gadis itu menemui raja, gadis itu terlihat cemas karena dia tidak tahu kenapa raja Zertus III memanggilnya.
“Nama kamu siapa?”, tanya raja Zertus III.
“Nama hamba Delindra yang mulia. Maaf yang mulia apakah hamba berbuat salah?”, jawab gadis itu dengan gugup.
“Oh.. Delindra, tentu tidak. Aku mempunyai sesuatu untukmu. Hakim.. tolong berikan titahku padanya”.
Hakim membacakan titah raja Zertus III pada Delindra, alangkah terkejutnya saat Delindra mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
 “Maafkan hamba atas kelancangan hamba yang mulia, hamba tidak pantas menerima semua ini. Hamba hanya kaum pengerajin berkasta rendah. Bahkan menginjakkan kaki di istana ini saja hamba tidak pantas. Maafkan hamba yang mulia”, pinta Delindra.
 “Tidak Delindra, aku tidak pernah memandang seperti itu, aku memilihmu karena kau memang pantas. Negeri ini membutuhkan orang berani dan jujur sepertimu untuk melindungi negeri ini dan batu Miami”. “Angkat kepalamu Delindra”, pinta raja Zertus III.
Saat Delindra mengangkat kepalanya, raja Zertus III seperti teringat sesuatu.
“Delindra, apakah kita pernah bertemu sebelumnya? sepertinya wajahmu tidak asing bagiku”.
 “Ampun yang mulia, mana mungkin orang seperti hamba ini pernah bertemu dengan yang mulia”, jawab Delindra dengan sangat cemas.
 “Ya, mungkin kau benar. Kalau begitu aku akan meminta para mentri untuk mempersiapkan upacara penobatan dengan segera”.
***
Sejak saat itu, Delindra diangkat menjadi selir raja Zertus III dan menjadi satu-satunya wanita kesayangan raja Zertus III dan namanya berubah menjadi Zura. Seperti yang dikatakan raja Zertus III setelah kedatangan selir Zura, peradaban Miami semakin berjaya dan wilayah kekuasaannya semakin meluas. Selir Zura sangat dicintai dan disegani oleh rakyat, karena menurut mereka selir Zura membawa keberuntungan.
Dalam balutan sinar bulan yang bulat, raja Zertus III dan selir Zura terlihat berbincang-bincang di tempat peristirahatan mereka.
“Aku memang tidak salah memilihmu selirku, kau bukan hanya cantik tetapi kau begitu pintar dan jujur, juga berani, akan tetapi terlepas dari semua itu tutur kata lembutmulah yang membuat aku sangat mencintaimu”, kata raja Zertus III.
“Ah.. jangan seperti itu yang mulia. Aku sudah berjanji akan selalu melayani yang mulia sampai maut memisahkan kita”, bisik lembut selir Zura.
 “Malam ini bulan bersinar bulat dengan sempurna, akan tetapi sinar bulan tak akan sanggup mengalahkan cahaya kecantikanmu selirku, karena kau memang bagai emas baru disepuh, ya malam ini adalah malam purnama tapi entah mengapa aku merasa malam purnama ini adalah malam yang terindah dalam seumur hidupku, mungkin ini semua karenamu selirku”.
Tiba-tiba selir Zura teringat sesuatu.
“Ini sudah saatnya”, gumam selir Zura.
 “Apa kau berkata sesuatu selirku?”,
”Ah.. tidak ada apa-apa, maksudku yang mulia terlalu berlebihan menilaiku, aku tidak sehebat itu”.
 “Tidak, aku bersungguh-sungguh, semua yang aku peroleh saat ini adalah karenamu, justru aku malah keterlaluan jika tidak memujimu”.
 “Yang mulia, apa aku boleh bertanya sesuatu?”, rayu selir Zura.
“Ya, tentu saja.. Apapun itu”, jawab raja Zertus III dengan antusias.
“Kenapa batu Miami sangat diinginkan oleh semua orang? bukankah itu milik yang mulia? lagi pula hanya yang mulia dan keturunan yang mulia yang bisa menggunakannya”.
 “Batu Miami memiliki kekuatan yang sangat besar, bahkan melebihi kekuatan para dewa. Oleh kerena itu, banyak orang yang mengingnkannya untuk kepentingan mereka sendiri. Sebenarnya batu Miami bisa digunakan oleh selain aku dan keturunanku, asalkan aku dan keturunanku sudah mati tak tersisa. Batu Miami akan memilih tuannya yang baru. Dan sekarang aku sudah menyimpan batu Miami ketempat yang aman.. Aku teringat pertama kali aku mencoba kekuatan batu Miami, saat itu umurku genap 20 tahun. Dan ayahku mengatakan batu Miami dapat digunakan dengan maksimal jika seseorang sudah berusia 20 tahun”, tutur raja panjang lebar.
Dengan kerlingan cerdik, selir Zura berkata, “Apakah boleh selirmu ini melihat batu Miami itu yang mulia?”.
“Batu Miami? ya,, tentu saja boleh, dan seharusnya kau juga perlu mengetahuinya, sebab aku sangat mempercayaimu lebih dari apapun”.
Raja Zertus III mengambil sebuah kotak emas yang bertahtakan berlian, didalamnya terdapat sebuah batu yang terbungkus kain sutra kemudian raja Zertus III menunjukkan kehebatan batu Miami kepada selir Zura, selir Zura terperangah. Ternyata batu Miami lebih indah dari yang ia bayangkan, dan tentu saja aura magisnya sangat kuat. Batu itu berwarna keemasan dan jika disentuh, akan mengeluarkan seberkas cahaya berwarna biru dan hijau. Seketika itu selir Zura menampakkan perangai aslinya. Selir Zura merampas batu Miami itu dari tangan raja Zertus III dan menyerang raja Zertus III.
 “Selir Zura! ada apa denganmu?”.
“Akhirnya setelah penantian yang cukup panjang aku bisa merebut ini darimu, tapi sayang kau masih hidup dan sebentar lagi aku akan membunuhmu!”.
“Apa maksudmu? kenapa kau jadi seperti ini? ternyata selama ini kau hanya berpura-pura, sebenarnya kau muka licin ekor berkedal”.
 “Tidak!! kau salah! aku tidak membutuhkan semua ini. Aku hanya membalaskan dendam kakakku yang telah kau bunuh dengan keji dan kepalanya kau gantung di alun-alun kota”, sangkal selir Zura.
 “Jadi kau adalah adik dari pemimpin partai Nahoa?!. Dan ternyata kau bukan dari kaum penegerajin tapi kaum bangsawan. Ini semua kau yang atur. Sekarang aku mengerti kenapa saat pertama kali melihatmu aku seperti mengenalmu”, jelas raja Zertus III.
“Ya, kamu benar!. Semua ini adalah siasatku dan bersiaplah aku akan membunuhmu”.
Seketika itu terjadi pertempuran sengit antara raja Zertus III dan Delindra. Raja Zertus III tidak menyangka bahwa Delindra mempunyai kekuatan besar, bahkan bisa mengimbanginya.
Ditengah-tengah pertempuran, raja Zertus III berfikir, “kekuatan Delindra sangat besar, bahkan hampir dapat mengimbangiku, jika aku terus bertarung dengannya maka bukan tidak mungkin dia berhasil membunuhku dan merebut batu Miami”.
Akhirnya raja Zertus III memutuskan untuk membunuh Delindra dengan cara mengorbankan dirinya.
***
Berabad-abad tahun sudah berlalu, batu Miami hilang bersamaan dengan peradaban tersebut. Tidak ada yang tahu keberadaan batu Miami, ada yang mengatakan batu Miami ada bersama keturunan raja yang terpilih untuk melindungi batu Miami.
Saat melihat sebuah simbol yang menunjukkan gambar batu Miami, Nico teringat sesuatu.
 “Simbol batu ini seperti hadiah batu konyol yang diberikan nenek ketika ulang tahunku yang ke 17”. Nico terkejut, “Mungkinkah...??”.
Nico berlari dan mencoba menemukan batu yang diberikan oleh neneknya yang sudah ia biarkan disekitar kamarnya selama 3 tahun. Nico terus mencari batu itu di setiap sudut kamarnya, akan tetapi dia tidak menemukannya. Nico duduk bersandar ditempat tidurnya karena kelelahan, samar-samar Nico melihat seberkas sinar di kolong tempat tidurnya. Sinar itu berwarna biru dan hijau. Lalu Nico mendekatinya.
Nico membungkuk dan meraih batu itu. Tak disangka jam dinding berdentang menunjukkan pukul 24.00, dan sekarang Nico genap berusia 20 tahun. Nico tersadar dan angin kencang mulai berhembus, hujan mulai lebat dan petir menyambar. Nico langsung mengambil batu itu dan sekejap, suasana disekitarnya mulai berbeda.
Sinar yang keluar dari batu itu semakin terang dan memenuhi seisi rumahnya. Nico mengamati batu itu dengan teliti. Nico tersentak.

“Ini kan..!!! Berarti aku... Mana mungkin??”
TAMAT

Karya ini telah diterbitkan dalam Antologi FLP UIN berjudul BIANGLALA LAKON.


Total ada 35 karya dalam antologi yang cukup tebal ini. 
Antologi ini memuat cerpen-cerpen yang mengangkat beragam lakon kehidupan.
 Mulai isu sosial, kekerasan terhadap perempuan, fiksi-fantasi, hingga cinta. 
Dikemas dengan apik, kaya warna dan penuh makna. Sesuai dengan judulnya:

BIANGLALA  LAKON

Semuanya bisa Anda nikmati hanya dengan Rp 35.000,00. 
Terjangkau sekaligus bergizi bukan? Untuk pemesanan, hubungi:

Riza: 085755280243
atau

Jihan: 085852228986

Mengenai ongkos pengiriman, 

silahkan dibicarakan lebih lanjut dengan kedua Contact Person di atas :)





Share this

0 Comment to "(DAS FICTION) The Legend of MIAMI: Lost of Civilization"

Post a Comment