Oleh: Nur Muhammadian
Diceritakan dalam Mahabarata bahwa Pandawa dan Kurawa saat masih anak-anak sampai remaja dilatih oleh beberapa Guru yang sama. Pada sesi latihan memanah, Arjunalah yang paling jago. Apa kiat Arjuna?
Satu persatu murid baik Pandawa maupun Kurawa diharuskan membidik sebuah patung burung yang bergerak berputar. Saat membidik, sang Guru menanyakan beberapa hal.
Duryudana : Saya sudah siap Guru…
Guru : Apa yang kau lihat?
Duryudana : Badan burung Guru
Guru : Apakah kau lihat tempat bertenggernya burung itu?
Duryudana : Saya melihatnya Guru,terbuat dari bambu kuning
Guru : Hentikan! Kau tidak akan bisa memanah burung itu!
Dan pada akhirnya anak tertua dari pihak Kurawa itu pun gagal memanah patung burung itu.
Ketika Puntadewa, kakak tertua dari pihak Pandawa akan memanah, sang Guru pun menanyakan hal yang sama.
Puntadewa : Saya sudah siap Guru…Saya membidik badan patung burung itu…
Guru : Puntadewa…Apakah kaulihat kaki burung itu?
Puntadewa : Terlihat Guru…
Guru : Hentikan! Percuma, kau takkan bisa memanah badan burung itu!
Pada akhirnya, Puntadewa pun juga gagal. Begitu seterusnya beberapa Pandawa dan Kurawa gagal memanah patung burung yang bergerak itu. Hingga akhirnya, sampailah giliran Arjuna.
Arjuna: Saya sudah siap memanah mata patung burung itu Guru…
Guru : Apa yang kaulihat Arjuna?
Arjuna: Mata patung burung guru
Guru : Apakah kaulihat sayap burung itu? Apa warnanya?
Arjuna: Tidak bisa Guru. Saya hanya melihat mata burung Guru
Guru : Apakah kaulihat bentuk ekor burung itu yang indah?
Arjuna: Maaf Guru, saya hanya melihat mata burung Guru…
Guru : Bagus Arjuna…Lepaskan anak panahmu!
Anak panah Arjuna pun melesat hanya panahnya lah yang mampu menembus mata patung burung.
Teman-teman, bidiklah tujuanmu dan focus padanya. Anda mungkin punya ‘busur panah’ dan ‘anak panah’ yang terbuat dari 'bahan' yang terbaik. Anda juga mungkin memiliki otot dan tenaga yang terlatih untuk memanah. Tapi tanpa bidikan yang jelas dan jitu, anda tidak akan bisa mengenai sasaran. Bahkan banyak orang yang memiliki segala sumber daya, tidak punya sasaran untuk ‘dibidik’.
BIDIK TUJUANMU, FOKUS PADANYA. Panah terbaik dan tenaga yang besar tidak ada artinya bila tidak jelas sasaran yang dibidik.
Hiduplah efektif dan berbahagialah.
"Krupuk untuk jiwa, renyah dibaca, gurih maknanya."
Postingan ini diposting penulis di Group FLP Malang Terus Bergerak di FB pada 31 Agustus 2011, dini hari.
Editor's Notes:
Hmm benar-benar tulisan sederhana yang sangat menginspirasi. Neko ingat kalau cerita di atas pernah ditampilkan Dancow dalam bentuk komik tipis (sampai sekarang Neko masih nyimpen komiknya loh). Fokusnya tetap sama, perlombaan memanah antara Kurawa dan Pandawa, hanya saja dialog antara guru dengan murid-muridnya seperti di postingan di atas tidak disorot dalam komik tersebut. Padahal, Neko kira pelajaran inti dari lakon tersebut justru ada pada dialog-dialog singkat di atas.
Dalam buku The Power of Concentration karya Theron Q. Dumount dikatakan bahwa salah satu kunci kesuksesan terpenting adalah kemampuan untuk fokus pada tujuan dan konsentrasi. Sayangnya, kebanyakan orang lebih mudah berkonsentrasi pada hal yang tidak berguna ketimbang pada hal-hal yang benar-benar penting bagi mereka. Misalnya, suka banget ngeluhin masalah yang dihadapi ketimbang fokus untuk mencari solusi. Atau pas lagi nyari bahan buat RPP eh...iseng-iseng buka Facebook malah keterusan! (idiih kok jadi nyindir diri sendiri gini yak?).
Karena itu mulai sekarang ayo kita beristirahat sejenak sembari bertitik balik dan mengkaji ulang, apa sebenarnya tujuan yang ingin kita raih dalam hidup ini.
Saran untuk tulisan ini: Sebenarnya tulisan ini sudah cukup baik, sehingga Neko hanya perlu mengedit sedikit saja. Hal-hal yang Neko tambahkan cuma beberapa kalimat pendek yang berfungsi sebagai deskripsi untuk mengantarkan pembaca sebelum menuju dialog utama seperti ini:
'Dan pada akhirnya anak tertua dari pihak Kurawa itu pun gagal memanah patung burung itu.
Ketika Puntadewa, kakak tertua dari pihak Pandawa akan memanah, sang Guru pun menanyakan hal yang sama.'
atau yang ini:
'Pada akhirnya, Puntadewa pun juga gagal. Begitu seterusnya beberapa Pandawa dan Kurawa gagal memanah patung burung yang bergerak itu. Hingga akhirnya, sampailah giliran Arjuna.'
Kalimat-kalimat tersebut, sebagian Neko yang tambahin. Walaupun tulisannya pendek, tapi kalimat-kalimat deskriptif untuk mengantarkan mood pembaca itu penting loh. Biar lebih enak dibaca dan tidak terkesan langsung jadi tanpa diedit. Tapi overall, tulisan di atas layak mendapatkan 4 thumbs up untuk kesederhanaan dan keefektifannya dalam menyampaikan suatu pesan.
Mungkin kalau Pak Dian mau mengedit dan menambahi sedikit essay pada bagian "FOKUSLAH", tulisan ini cukup bagus untuk dimuat di majalah Intisari, atau media lain yang menyediakan ruang untuk essay-essay pendek bertema motivasi.
Bagaimana menurut kalian? Ayo berbagi apresiasi! =)
Cherio
Mizuki-Arjuneko
Profil Penulis:
Pak Dian dengan kelinci-kelincinya
|
Nur Muhammadian atau yang lebih dikenal sebagai "Pak Dian" (nama beken beliau saat di FLP Malang) adalah lulusan dari Universitas Brawijaya tahun 1994. Pernah bekerja sebagai core engineer di perusahaan telekomunikasi Indosat. Pak Dian bergabung dalam keluarga besar FLP pada tahun 2008. Awalnya saat FLP UM membuka Writing School selama 3 bulan. Dan sejak saat itu, Pak Dian pun sering menjadi tempat curhatan para pengurus FLP UM (kemudian FLP Malang), karena ke-cool-annya dan sudut pandangnya yang menarik dalam melihat setiap permasalahannya (cieee...).
Pendek kata, Pak Dian enak banget deh kalau diajak diskusi. Sekarang Pak Dian memilih untuk berwirausaha membuka peternakan kelinci. Tulisan-tulisan beliau yang tidak kalah oke dengan yang di atas dapat langsung diakses di blog beliau di: http://nmdian.wordpress.com/
0 Comment to "(DAS MOTIVATION-Krupuk untuk Jiwa): KIAT ARJUNA"
Post a Comment