Dunia kepenulisan semakin marak. Grup-grup kepenulisan berbasis sosial media pun bermunculan dan menyediakan banyak lomba dengan iming-iming naskah diterbitkan. Menggiurkan? Memang, Namun, ada baiknya teman-teman Laskar Pena membaca postingan di bawah ini lebih lanjut agar bisa waspada... Kenapa?
Karena banyaknya bisnis cetak buku berkedok lomba!
Berikut saya ingin memberi catatan buat teman-teman pembaca blog ini:
- Pada dasarnya lomba itu diadakan untuk menyaring naskah, bukan mengumpulkan semua naskah. Kalau ada lomba menulis berbayar--ambil aja contohnya dengan biaya pendaftaran 50.000--lalu semua naskah yang masuk diterbitkan, itu artinya penyelenggara sedang mengumpulkan penulis lalu mencetak bukunya dan mengembalikan 50.000 dalam bentuk buku. Ini jelas bukan lomba, tapi arisan penulisan karya. Lalu dimana kurasi naskahnya? di mana penilaiannya? Dimana lombanya??
- Kalaupun disaring--anggap aja yang daftar 100 orang--maka pihak lomba sudah mengumpulkan 5.000.000 dari bisnis lombanya itu. Menurut pengalaman saya* sebagai penerbit, dana sebanyak itu sudah bisa dipakai untuk mencetak 1000 eksemplar buku. Kalaupun dipilih 20 orang (anggaplah ini 20 karya terbaik) lalu hadiahnya adalah beberapa eksemplar buku (anggap aja 5. jadi 5x20=100 buku), ke mana sisa 900 buku?
- Kalau ini adalah antologi bersama, sebenarnya para penulis dihitung patungan untuk mencetak bukunya, bukan berlomba! Mereka harusnya berhak membagi jumlah buku yang dicetak dari total dana yang terkumpul. Itu baru adil.
- Pihak lomba sah-sah saja menjadikan dirnya penerbit/percetakan, tapi setidaknya harus dijelaskan mekanisme yang jelas. Misalnya berapa biaya cetak buku, berapa pembagian keuntungan penerbit dan penulis. Biar buku dan tulisan bukan hanya jadi bisnis jual beli semata. Okelah penerbit cari untung, tapi mekanismenya harus jelas.
- Jika Anda, penulis, menemukan kasus-kasus aneh semacam ini, sebenarnya Anda juga harus berpikir ulang dan mempertimbangkannya. Mulai kritis dengan pengumuman lomba, apalagi syaratnya membayar. Harusnya pihak lomba punya dana/sponsor untuk hadiah. Bukan meminta penulis mengumpulkan dana, lalu 'berjudi' dengan peserta lain untuk jadi pemenang.
- Lebih aman mengumpulkan teman-teman sesama penulis, lalu mengumpulkan karya dan patungan untuk mendanai cetaknya. Selain lebih transparan, hak penulis juga nggak dikebiri atau dimanipulasi berlebihan.
Menerbitkan buku sendiri itu gampang kok. Susun buku, edit, layot, bikin cover, cetak dan dsitribusi. Kalau kesusahan, banyak kok desainer, editor yang bisa dimintain bantuan/jasanya untuk pracetak buku. Anda bisa mencetaknya sendiri di penerbit/percetakan yang Anda percayai.
Demikian. Semoga bisa membantu kita semua.
*postingan diambil dari Grup:
Postingan asli grup ditulis oleh Irwan Bajang
Terima kasih infonya, sangat bermanfaat bagi saya yang masih awam tentang penerbitan buku. salam pena
ReplyDelete