[Resensi] Hafalan Sholat Delisa

By Cak Dayat

Judul: hafalan sholat delisa
Pemain:
  • Chantiq Schagerl as Delisa,
  • Reza Rahardian as Abi Usman,
  • Nirina Zubir as Ummi Salamah,
  • Ghina Salsabila as Fatimah,
  • Reska Tania Apriadi as Aisyah,
  • Riska Tania Apriadi as Zahra,
  • Joe P Project as Koh Acan,
  • Al Fathir Muchtar as Ustadz Rahman,
  • Loide Cristina Teixeira as Suster Sofie,
  • Mike Lewis as Prajurit Smith
Sutradara : Sony Gaokasak
Rumah Produksi : Starvision


Hafalan sholat delisa, inilah novel tereliye pertama yang aku baca. Novel yang mengantarkan aku untuk kemudian membaca karya-karyanya yang lain. Syahdu menyayat-nyayat hati, salah satu efek yang selalu dirasa setelah membaca tulisanya. Tapi, bagaimana jika novel itu di filmkan?

Hafalan sholat delisa, sebuah film adaptasi dari sebuah novel tereliye dengan judul yang sama. cerita ini dibuat dengan latar belakang saat terjadi tsunami di aceh. Sama dengan saat membaca novelnya, film ini juga sukses mengalirkan titik-titik bening dari mata.

Cerita di awali dengan adegan aisyah teriak-teriak membangunkan delisa adiknya untuk sholat subuh berjamaah.  Suasana makin riuh saat Zahra-kakak kedua delisa- ikut protes karena teriakan-teriakan Aisyah  yang selalu terjadi tiap pagi. Selanjutnya, lewat adegan inipula tokoh Fatimah-kakak pertama Delisa- di kenalkan. Sebagai seorang kakak dengan kesabaran , kelembutan dan kepintaranya yang sukses membangunkan Delisa tanpa teriakan.

Selanjutnya, kita akan disuguhi adegan-adegan yang menggambarkan tentang sebuah potret keluarga yang menyenangkan dengan limpahan  kasih sayang.  Tingkah laku delisa yang ceria dan apa adanya. pertengkaran-pertengakarn kecil dia  dengan kakaknya aisyah. Kehebatan seorang umi dalam mendidik dan mengayomi  ke empat  putrinya. Sebuah potret keluarga idaman.

“Delisa sayang umi karena Allah” bagaimana mungkin seorang ibu tidak akan meleleh matanya saat anak kecilnya memeluk  dari belakang sembari membisikkan kata indah itu. Bahkan orang yang ikut melihatnya saja  ikut basah di matanya. termasuk sebagian besar penonton yang saat itu menonton. Walau di adegan berikutnya kita di buat tertawa geli. Saat kita tahu kalau dia mengucapkan kata-kata sakti itu karena ingin mendapatkan sebuah hadiah. Sebatang coklat dari ustad rahmat jika berhasil membuat ibunya menangis dengan kalimat itu.

Seperti dalam novelnya, film ini bercerita tentang delisa yang kesulitan dalam menghafal bacaan sholat. Hinga untuk menyemangati agar dia lebih rajin dalam menghafal, sang umi yang diperankan nirina zubir menjanjikan sebuah hadiah kalung dengan liontin initial D.

Delissa, seorang gadis ceria yang selalu penuh dengan limpahan kasih sayang, tiba-tiba dalam skejap mata semuanya itu tercerabut dari hidupnya. Umi dan ketiga kakaknya meninggal, teman-temanyapun banyak yang telah jadi korban keganasan tsunami. Tapi delisa lewat semngat dan keceriaanya, dia mengajarkan arti semangat hidup. Walaupun kini dia harus hidup dengan satu kaki.

Dalam film ini, banyak pesan moral yang ingin disampaikan. Salah satunya tentang  arti khusuk dalam sholat. Bahwa saat sholat itu fokus, apapun godaanya. Lihat saja dalam adegan saat delissa sedang fokus mengingat bacaan sholatnya dalam ujian hafalan sholat itu. Bahkan saat gempa mengguncang, dia masih fokus membaca doa iftitah. Atau saat ibunya sudah teriak-teriak memanggil –mangil namanya, ia seaakan tuli dan terus melanjutkan hafalanya. Hingga akhirnya tsunami menenggelamkanya.

Secara keseluruhan film ini sudah sukses mendekati gaya novel tereliye. Mengaharukan, memaksa penonton sesenggukan. Atau sesekali trenyuh merenung dengan tingkah polos anak-anak. Apalagi dikemas dengan setting Lokngah yang mempesona. Dengan iringan musik-musik aceh yang bikin merinding mendengarnya.

Cuma sayang, ada sedikit celah yang sepertinya kurang digarap maksimal. Tentang  visualisasi saat terjadi tsunami. Atau saat delisa bermimpi ketemu keluarga dan teman-temanya yang sudah meninggal. Terlalu kaku visualisasinya.

Ada juga salah satu adegan yang masih sulit aku nalar. Yaitu saat adegan tsunami terjadi, ustad rahmad sedang menguji delisa yang sedang tes hafalan sholat. Beserta ibunya yang menunggui di luar. Hampir semua  orang meninggal atau luka parah saat itu. Kecuali ustadz rahmad yang tidak diceritakan keadaanya. Hinga saat bencana sudah mereda, dan delisa juga sudah siuman dari pingasan panjangnya. Ustad rahmad tiba-tiba  muncul dengan tas ransel di punggungnya. Terkejut, itu ekspresinya saat pertama kali melihat desa telah rata dengan tanah. Seakan-akan saat kejadian dia sedang tidak berada di sana. Entahlah.


Ini film Indonesia ke dua yang aku tonton langsung di bioskop. Secara keseluruhan cukup memuaskan. Film yang sepertinya layak dimasukkan dalam agenda nonton bareng dengan anak2 atau keluarga tercinta. Selain  banyak pesan dan pelajaran yang bisa diambil, film ini juga bersih dari adegan-adegan kekerasan atau pornograf

Share this

0 Comment to "[Resensi] Hafalan Sholat Delisa"

Post a Comment