Tips ini sebenarnya ditulis oleh Sweta Kartika (komikus lokal) untuk komunitas Samsung Galaxy. Cuma di sini disesuaikan dikit, sehingga tips yang tadinya buat komik, bisa diterapkan ke cerpen/novel.
Betewe aku nge-fans ama artis ini setelah ngikutin serial GREY and JINGGA. Premis ceritanya sederhana buanget. Gambarnya juga sederhana. Tapi karakternya kuat, penggambaran konflik batinnya juga mengena. Karena itu yang follow komiknya setiap Senin dan Kamis (jadwal publish komiknya kaya jadwal puasa sunnah huehehe) saat ini sudah ratusan. Karena pembaca banyak yang merasa kalau konflik tokoh-tokohnya itu pernah mereka alami juga hehehehe...
Kalau mau baca komiknya check this out: (click next kalau mau baca terusannya)
Okeh, ini dia tips dari Sweta Kartika (yang udah diadaptasi dikit. Duikit XD)
Suka banyak orang yang galau gara-gara pengen nulis tapi ngerasa kalau nggak pandai bikin cerita. Pendapat ini bertahan selama bertahun-tahun sampai-sampai kalau berasa udah bisa bikin cerita keren terus lulus jadi penulis. Atau sebaliknya, yang ga punya cerita keren terus gagal jadi penulis. Ngga se-simple itu. Nulis itu ada dua poin yang harus dipenuhi: 1. Cerita, dan 2. Penceritaan (storytelling).
Apa itu storytelling?
Sederhananya, storytelling adalah teknik atau kemampuan untuk menceritakan sebuah kisah, pengaturan adegan, event, dan juga dialog. Kalau di film, para film maker bersenjatakan kamera; di komik, para komikus bersenjatakan gambar dan angle cerita; di cerpen atau novel, para penulis bersenjatakan pena, diksi, dan permainan kata serta deskripsi.
Kenapa storytelling penting?
Sering liat kan ada cerita yang idenya sekilas bagus, spektakuler, pokoknya ajib dah, tapi setelah diikutin ternyata kita malah ngga ngerti isi ceritanya. Atau, ada novel/cerpen yang sebenarnya punya ide cerita yang keren, tapi menggambarkannya asal-asalan karena nggak tahu soal pacing, panelling, dan permainan angle (ini sebenarnya istilah buat komik, Neko masih belum nemu pengganti yang pas buat nulis cerita. Ada yang bisa bantu?). Storytelling adalah langkah untuk meramu cerita supaya menarik untuk diceritakan, sehingga ketika proses menggambarkannya ke dalam lembar kertas dapat lebih proporsional.
Berikut ini ada beberapa tips buat bisa jago storytelling.
- Kalau kita punya cerita, pastikan kita paham betul alur ceritanya dengan baik. Sederhananya, kita tahu seperti apa awalnya, bagaimana pengembangan alurnya, dan terakhir kita tahu cara mengakhirinya.
- Sesudah kita pahami isi cerita, coba putar-putar terus ceritanya di kepala, sampai kita tahu, bagian mana yang seharusnya paling banyak kita ceritakan, bagian mana yang seharusnya TIDAK PERLU kita sampaikan, dll. (Asas manfaat ternyata berlaku juga dalam membuat tulisan ehehehe)
- Ketika kita memahami porsi cerita, kita jadi bisa membayangkan adegan-adegan di dalam cerita itu, jadi terbayang seperti apa penempatan visualisasinya di dalam bab-bab novel/cerpen. Misalnya, ada adegan ketika tokoh ikhwan yang berjanji akan menikahi seorang akhwat di tengah rinai gerimis, setelah ikut pengajian bersama di malam Sabtu*
*catatan: huahahahah! Mas Sweta Kartika aslinya makai adegan contoh cowok yang nembak cewek. Tapi biar lebih "Islami", Neko ganti adegannya jadi "semi syari'ah" XD
Para komikus atau film maker akan terbayang untuk menggambarkan adegan dengan menempatkan pada panel panjang dengan angle 'bird view' (sudut pandang atas) dan long shot (pengambilan gambar jarak jauh), menampakkan kedua sejoli itu tengah berhadapan di bawah temaram lampu jalan (agar lebih Islami, Neko tambahkan adegan sang Murrobbi yang datang sambil berkecak pinggang! Huahahh...lha? Kok jadinya malah komedi? XD)
Itu kalau pakai kamera dan gambar. Sebagai penulis, kita akan mendeskripsikan rintik hujan yang turun terdengar melodis, nuansa temaram yang romantis, degupan si ikhwan saat mengucapkan janji, suaranya halus dan berat terdengar malu-malu tapi berusaha terlihat tegar, wajah si akhwat yang bersemu, pandangannya yang ditundukkan, secercah harapan indah akan masa depan muncul, tergantung permainan sudut pandang mungkin penulis akan menambahkan isi kepala atau hati dua insan ini saat adegan terjadi. Trus kalau mau jadi komedi ya...ditambahkan adegan sang Murrobbi yang datang sambil berkecak pinggang itu huahahah... (udah cukup syariah ga ini? Pusing ngadaptasinya euy. Tapi ini contoh penggambaran adegan paling mudah dan mengena di hati kalian kan??? Iya kaaan? Ngaku deh! XD)
Lebih singkatnya Neko sering menyebutkan hal ini sebagai cinematic visual writing. Menggambar film di atas kertas. Menulis dengan membayangkan adegan seolah terjadi dalam film atau komik.
- Terakhir, barulah kita menggambarkannya ke dalam lembar kertas.Di sini Neko lebih memilih istilah asli yang digunakan oleh Sweta Kartika, yaitu "menggambar" daripada "menulis". Ya, karena sebagai penulis kita nggak sekedar menulis, tapi "menggambar" adegan dengan aksara dan kata.
So, kalau mau jago nulis, jangan cuma kerja keras latihan nulis (apalagi latihan bikin status *PLAK!), tapi juga sering-seringlah berimajinasi, membayangkan adegan-adegan di dalam sebuah cerita, termasuk cerita pengalaman hidup kita sendiri untuk bisa dijadikan bahan menulis. Semua orang punya cerita kehidupan yang menarik. Dunia ini sendiri penuh dengan hal-hal yang menarik. Kita sendiri juga semuanya adalah orang-orang yang menarik yang selalu dikelilingi hal-hal yang menarik. Dengan mengembangkan pemikiran seperti ini, insyaallah ide-ide akan selalu bertebaran di sekeliling kita. Kita pun jadi lebih optimis dalam memandang kehidupan.
Kita bisa berlatih menghidupkan karakter dengan "mengajaknya bicara". Misalnya kalau karakternya begini, gaya bicaranya seperti apa ya? Kalau pekerjaan dan latar pendidikannya begitu, bagaimana sikap dan caranya dalam menyelesaikan/menghadapi masalah? Kira-kira dia suka makanan pedas nggak? Apa yang dia suka? Apa yang dia benci? Apa motivasi, mimpi, serta cita-citanya? Bagaimana cara berpakaiannya? Cara berjalannya? Suaranya? Warna matanya? Untuk penggambaran karakter yang kuat ini, bisa dicari tips menulis dari GOLA GONG, ketika dia menceritakan proses kreatif pembuatan cerita BALADA SI ROY.
Neko sendiri biasanya kalau bikin cerita berbasis karakter, jadi yang Neko lakukan biasanya ya menggambar karakter Neko, juga mengumpulkan "quote-quote" menarik yang bisa jadi dialog dia nanti. Soalnya karakter yang berbeda, cara ngomongnya juga beda kan?
Tapi ada juga cerita yang karakternya biasa, tapi tetap disukai karena cerita dan plotnya kuat. Ada juga cerita yang mengandalkan setting mendetail sehingga seolah mengajak pembaca jalan-jalan ke tempat-tempat eksotis. Ada yang berbasis pada konflik yang sedang hot atau in. Ada juga yang menonjolkan ide cerita gila, yang bikin pembaca terperangah setiap kali membacanya (yang penting heboh). Juga, banyak yang lebih menonjolkan permainan kata dan diksi super puitis plus menghanyutkan.
Yah masing-masing penulis punya jurus dan senjata andalan lah.
"Comic is NOT about good artworking. Comic is about GOOD storytelling" -ComicSense
kalau diadaptasi untuk menulis, istilah mungkin begini ya:
"Writing is NOT about good writing, Writing is about GOOD storytelling"
Huahhh jadi inigin ber imajinasi dan lanjut menulis, makasih atas artikel yang menerangkan storytelling nan canggih ini.. :))
ReplyDelete