Ujian Keikhlasan

Sumber : inet

By Nur Muhammadian

Menulis untuk berbagi. Berbagi dengan menulis. Berbagi tulisan. Saya suka semuanya. Saya suka berbagi karena sudah berkali-kali merasakan manfaatnya, semakin lama semakin suka. Dan berbagi melalui menulis adalah berbagi yang menghadirkan suatu perasaan yang luar biasa, luar biasa bahagia, luar biasa nikmat, luar biasa nyaman.

Suatu waktu saya bertemu dengan seorang kerabat yang bekerja pada sebuah media cetak. Saya sampaikan kepadanya tentang kumpulan artikel tulisan saya, dan menawarkan untuk dimuat di media tempat dia bekerja. Dia meminta saya mengirimkan artikel saya melalui email. Saya kirimkan empat artikel pendek saya. Beberapa minggu kemudian dia menyampaikan bahwa artikel saya cukup bagus untuk dimuat, tetapi pimpinannya minta artikel lebih banyak lagi agar selalu ada bahan untuk mengisi kolom yang disiapkan untuk artikel saya. Saya menyanggupinya, dan saya sampaikan ke dia bahwa kumpulan artikel itu akan saya bukukan.
“Kalau sekarang dimuat di Koran kami, gak takut rugi mas? Nanti bukunya gak laku?”
“Insya ALLOH tidak pengaruh jelek, justru pembaca Koran bisa jadi potensial pembeli. Sebaliknya apakah Korannya Abang bersedia memuat artikel yang akan dibukukan?”
“Saya tanyakan pimpinan dulu ya mas…Tapi kami tidak bisa menyediakan imbalan ya mas…”
“Tidak apa-apa Bang…Saya ikhlas, yang penting tulisan saya bisa bermanfaat untuk pembaca”

Saya kirimkan tiga puluh empat artikel saya. Dan saya menunggu kabar selanjutnya.

Lama tidak ada kabar tentang artikel yang saya kirimkan, sampai beberapa minggu kemudian saya mendapat informasi dari adik saya. Saat saya mendapat informasi dari adik saya sedang tidak berada di kota tersebut. Adik saya mengabarkan bahwa artikel saya sudah dimuat beberapa minggu sebelumnya. Adik mendapat info secara lisan dari kerabat yang saya titipi naskah, tidak resmi dari pihak media cetak tersebut. Saya agak terkejut dan heran karena tidak ada konfirmasi apapun dari pihak media, baik melalui telepon maupun email tentang pemuatan artikel saya. Saya minta tolong adik untuk mendapatkan kliping Koran saat artikel saya dimuat.

Perlu waktu beberapa hari adik mendapatkan kliping Koran, dalam bentuk soft copy dari pihak media, dan harus mencari sendiri satu per satu. Saat saya terima soft copy melalui email kemudian saya baca, saya sangat terkejut bercampur emosi. Artikel saya dimuat seperti aslinya, dan tidak ada satu pun kata yang menyebutkan nama saya. Di Koran itu artikel saya dimuat namun tidak ada tanda-tanda sedikitpun bahwa itu  tulisan saya. Saya sudah ikhlas tidak mengharap imbalan, tapi apakah itu berarti saya tidak punya ‘hak’ sama sekali? Apakah saya tidak punya hak untuk diakui sebagai penulis artikel itu? Bahkan saya tidak punya hak untuk tahu bahwa artikel saya dimuat di Koran.

Saya emosi, dan saya menganggap wajar bila emosi. Sempat saya berencana memperkarakan hal ini secara serius seandainya saya tidak membaca postingan teman-teman saya di Facebook tentang berbagi.

Dari awal khan saya sudah berniat ikhlas? Kenapa harus emosi bila nama tidak dicantumkan? Mengapa sewot saat artikel dimuat tanpa pemberitahuan? Bukankah ikhlas itu mutlak, tanpa syarat? Saya khan mengikhlaskan sesuatu yang berpotensi menjadi ‘ilmu yang diamalkan’? Sesuatu yang bisa terus bergulir, berlipat ganda tanpa henti sampai akhir zaman. Dan tidak diperlukan identitas tertulis untuk itu, karena YANG MAHA MENGETAHUI pasti memiliki catatannya.

Ternyata saya belum bisa dinyatakan ikhlas sebelum diuji. Saya belum beriman tentang kekuatan ikhlas sebelum lulus ujian. Dan kali ini saya sedang diuji, saya sedang diukur. Semoga saya lulus…Mohon doa teman-teman…

Teruslah

Teruslah berjalan..
Ketika keberuntungan tak lagi menghinggapi sayap jiwamu..
Dan kegagalan selalu mendekapmu

Teruslah berjalan…
Ketika sang mentari tak sudi lagi menyinari jalanmu dan menemani setiap langkahmu

Teruslah berjalan
ketika batu-batu mulai menghujanimu
Menerpa setiap harapanmu, dan berusaha meruntuhkan buah mimpimu

Teruslah berjalan
Meski duri-duri tajam siap menyambutmu
Membelaimu dan merusak benih benih rahangmu

Teruslah berjalan
Meski angin dan udara tak lagi mendukung napasmu
Menyesatkanmu dan menerjang arahmu..
Ketika kaki ini mulai lelah untukberjalan
Ketika mata ini mulai sayup untuk melihat
Ketika arahmu  tak lagi dapat terlihat

Dan tetaplah berjalan
Sampai kau menemukan apa yang kau inginkan

December 29, 2011 at 3:15pm

Nugraheni Syakarna

Statusku, Statusmu, Status Kita

Adakah dari teman-teman yang tak punya akun di jejaring sosial?? Kalaupun ada saya rasa jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Ya... penggunaan facebook hari ini sangat familiar di kehidupan kita. Tak hanya pemuda, orang dewasa, bahkan anak-anak pun memilikinya dan ikut ambil bagian sebagai member dari fenomena ini.

Facebook sebagai akun terlaris abad ini telah merubah segala hal dalam ranah kehidupan. Banyak orang yang menggunakannya tak hanya sebagai media pecari kawan semata namun juga sebagai media untuk berbisnis dan berkarya. Di sisi lain banyak pula orang yang seakan terbang dari kehidupan nyatanya dan masuk dalam kamar-kamar maya yang ada di facebook, asyik dengan semua di dalamya hingga melupakan kehidupan nyata. Ayah lupa pada anak istrinya, ibu lupa pada rumah tangganya  dan anak lupa pada kewajiban belajarnya. Ironis.

Berbicara mengenai status, saya yakin banyak diantara kita yang sangat menggemari hal satu ini, bukan ??

Semua individu di dunia memang punya kebebasan, punya hak asasi dalam kehidupan, bahkan bebas berekspresi, tak terkecuali dalam memproduksi status. Saya memiliki banyak teman yang sangat intens update status. Statusnya beragam...

Panas nih....cari penjual es ah....
Galau. Ada yang punya obat sakit hati nggak???
Menu makanku hari ini, tempe bakar plus sambel pedessss banget..Mantapppsss.
Ujian nih....Aduh gimana dong...please help me.....hiks..hiks
Pusssinnggggg.....
Bahkan ada beberapa status yang mengucapkan kata-kata kotor. Saya sempat bertanya kepada seorang teman yang intens update status terkait alasannya yang sangat gemar meng-update status di akun facebook-nya. Dan jawabanya sungguh sangat simpel Kawan!! “Kan disuruh nulis apa yang kamu pikirkan? Jadi aku tulis aja apa yang ada dipikiranku”

Status mungkin hanyalah hal sepele dari segala kompleksitas kehidupan yang kita alami. Alangkah baiknya jika kita belajar untuk tidak latah dalam meng-update status kita. Tuliskan segala hal yang bermanfaat, sesuatu yang dapat memotivasi dan menginspirasi orang lain. Mungkin saat kamu menuliskan status, tak menyadari ada banyak mata di belahan dunia lain yang menjadi kawanmu membaca apa yang kamu tulis. Bila kamu menuliskan kata-kata biasa-biasa saja, maka orang lain yang membaca juga akan biasa-biasa saja, bahkan mungkin menertawakan. Lain halnya bila kamu menuliskan sesuatu yang mengandung nilai-nilai positif. Maka orang lain yang membaca akan tersugesti untuk melakukan hal-hal positif. Cukup dengan kata  Semangatttt...... , maka saya yakin orang lain yang membaca juga akan kembali mempunyai semangat. Tanpa kamu sadari kamu sudah berbuat baik pada orang lain melalui status. Mungkin ada orang-orang di luar sana yang menunggu status-status penuh hikmah darimu. Mario Teguh contohnya, statusnya selalu menginspirasi dan penuh makna.Dinanti-nanti penjuru dunia yang menjadi kawannya.

Kita pun juga bisa menjadi Mario Teguh selanjutnya. Tetap teguh menginspirasi, memotivasi dan berbuat baik bagi sesama

Statusku, Statusmu, Status kita.....


Mari kita berbuat lebih banyak, memotivasi dan menginspirasi dunia lewat STATUS

Perempuan Merah & Lelaki Haru, FLP Malang #3


Perempuan Merah & Lelaki Haru

Kategori: Fiksi, kumpulan cerpen + proses kreatif para penulis
Penerbit: Ide Kreatif
ISBN: 978-602-18126-3-1
Tebal: 158 halaman++
Harga hari ini: Rp. 25.000
Harga asli: Rp. 40.000,-
Pemesanan: Fauziah Rachmawati, 085649505617

15 cerpen mewakili 11 karakter penulisnya. Anda menikmati sajian pembuka hingga penutup, bahkan pencuci mulut sekaligus dalam satu waktu!

Apa pembatas darah dan airmata? Mungkin tawa, mungkin perenungan, atau teraduk labirin isi kepala penulis 15 kisah.

Dari kisah bertempo lambat, cepat... bertambah cepat, hingga sesak. Atau Anda sudah sesak sejak membuka kisah pertama!