Open Recruitment 2014

 
Kabar gembira untuk kita semua...
Kita siap sambut keluarga baru...
FLP...? Good.
Yang galau...? Ke laut. :p

Oke rek, kalian udah gak sabar kan nunggu kabar ini?
Bagi kalian yang ingin menulis tapi bingung bagaimana membuatnya menjadi bagus,
yang masih malu-malu kucing buat nerbitin karyanya,
yang ingin nulis di koran tapi awam,
suka nulis di blog tapi gitu-gitu aja,
langganan penyakit writer's block,
atau ingin nambah kenalan yang punya hobi yang sama.
Kita siap sambut kalian untuk jadi keluarga baru kami.

Datanglah 14 DESEMBER 2014 di (tempat dalam konfirmasi) pukul 08.00 WIB
Cara daftarnya :
[ONLINE]
  1. Unduh formulir di bit.ly/formORFLP
  2. Kirim formulir yang sudah diisi ke humasflpmalang@gmail.com
  3. Transfer HTM sebesar Rp. 50.000,- ke rekening yang tertera di bawah
  4. Konfirmasi sms ke CP dengan format [#ORFLP nama email transfer (a.n siapa? dan melalui apa?)], contoh [#ORFLP Muchtar muchtar@gmail.com a.n Muchtar Prawira lwt SMS Banking].
[OFFLINE]
  1. Unduh formulir di bit.ly/formORFLP
  2. Serahkan formulir beserta HTM sebesar Rp. 50.000,- ke CP yang tertera di bawah.
  3. Anda berhak mendapatkan bukti pembayaran.
Materi yang akan kamu dapatkan antara lain :
  1. Materi Jurnalistik oleh Heri Cahyo S.Pd. (Kapten di Proyek Nulis Buku Bareng)
  2. Menulis Cerpen, Novel & Skenario oleh Harlem Ai Mizuki (Cerpenis yang sedang merambah ke dunia skenario)
  3. Imajinasi, Pedang Bermata Dua bagi Penulis oleh Nur Muhammadian (SEFTer yang telah menghasilkan beberapa buku)
  4. Seluk Beluk Industri Kepenulisan oleh Fauziyah Rachmawati (Guru yang sudah banyak melewati banyak jalur di industri kepenulisan)
  5. Kamu juga akan mendapat Makan ,snack ,sertifikat, serta buku.

Selain itu juga ada :
  1. Bimbingan menulis Fiksi dan Non Fiksi
  2. Asistensi menerbitkan karya
  3. Public Speaking
  4. Internet marketing untuk penulis
  5. Jaringan penerbit dan penulis ngetop

Rekening :
A.n Achmad Hidayat
BCA : 351-082-9436
Mandiri : 144-0010-488-333

A.n Agie Botianovi
BRI : 166-2010-006-49500
BNI : 0225461183


CP :
Diyah : 082 232 139 296
Muchtar : 085 655 018 793

(DAS EDITORIAL): DIALOG PENA dan SASTRA: Meng-eufimisme-kan Kata “KRITIK”

SALAM LASKAR PENA!

Owkeh, Neko nge-blog di sini lagi, ah syukurlah tanggapan-tanggapan terhadap postingan-postingan blog mulai berdatangan. Walaupun yang menanggapi baru para penulis yang tulisannya dibahas di sini. Yang lainnya mana nih? (celingukan) Dan saya benar-benar berharap para editor lain bisa segera urun-rembug di sini dan ikut membahas karya-karya anak FLP Malang. (memanggil-manggil Mbak Zie, Pak Dar, Ai, dan Mas Cecep. Where the heaven are you, Guys???!)


Anyway, biar blog ini rame, Neko membuka lowongan buat anggota FLP Malang lain yang berniat menjadi editor tamu di blog iniSilahkan buat yang berminat untuk bergabung dan belajar cara mengapresiasi sastra bersama-sama di blog ini dengan menjadi admin, bisa hubungi Neko. Sertakan nama, dari divisi mana (kalau memang termasuk pengurus) dan email gmail waktu sms Neko. Nanti insyaallah langsung Neko add sebagai "author". Tapi harus istiqomah loh, coz walau udah daftar tapi ga nulis-nulis ya terpaksa Neko hapus juga. Yang ga tahu nomor HPnya Neko, Tanya Mbak Zie aja ya. Hehehe… yang nggak tahu nomornya Mbak Zie… masyaallah, Ente kebangetan! 


Oke, di editorial yang sebelumnya, Neko sudah menyatakan kalau nama divisi ini aslinya Divisi Kritik Sastra kan? Lalu kenapa nama divisi ini tiba-tiba diubah dalam blog? Bisa dibilang pengubahan ini bersifat sepihak karena belum dimusyawarahkan di rapat pengurus. Belum sempat ketemuan sih hewww… Tapi karena blog ini harus segera di-launching (coz semangat udah kadung membara… semangat mulung wkwkw… Mulungin karya).

Kemudian ketika Neko sedang bikin blog dan utak-atik tampilan dan memikirkan judul blog yang sesuai, muncullah wacana ini dari Pak Heri: "Membahasakannya jangan pakai kata 'Kritik'-lah. Nanti kesannya negative."

"Waduh terus yang bagus gimana Pak?" Neko jadi bingung. Karena alamat blognya udah fix jadi www.kritiksastraflpmalang.blogspot.com
 
"Pakai Dialog Pena. Atau Dialog Sastra aja."

Cuma karena Neko sedang terobsesi dengan kata LASKAR PENA (hehehe sedikit epigon dari Laskar Pelangi), akhirnya Neko memutuskan judul blognya menjadi Laskar Pena Mengapresiasi. Dan nama Divisi pun diganti menjadi Divisi Apresiasi Sastra agar kesannya lebih ramah.  Pak Heri pun agaknya  lebih setuju karena "Mengapresiasi" kesannya lebih positif dan tidak sesangar "Mengritik". Jadi bolehlah Laskar Pena berpikir bahwa kata "mengapresiasi" di sini adalah hasil eufimisme dari kata "mengritik". Lebih sopan. hehehe

Tentu saja kata "Apresiatif" diharapkan akan lebih terasa kental mewarnai blog ini. Karena kita tentu nggak mau blog ini cuma jadi ajang kritik dan ajang bantai karya. Aiiih! Nggak nyaman banget nanti pastinya. Tapi sampai saat ini, Neko nggak terlalu mendefinisikan "KRITIK" sebagai kata yang bersifat negatif. Itu kan tergantung dari sudut pandang masing-masing orang. Lagipula ada istilah "Kritik Membangun" kan. Dan aneh aja kalau Neko nggak mau dikritik coz Neko sendiri doyan ngritik. Pedes pula! Huahahahaha… Well tapi semua itu tergantung dari "CARA". Karena memang ada orang yang mengritik dengan cara yang seolah minta dibacok! =_= Bukan kritik namanya kalau tujuannya adalah ngejlokno atau menghancurkan mental yang dikritik. Kalau itu mah bilang aja terang-terangan "mengejek". Jangan bersembunyi di balik kata "Kritik" hanya agar terkesan lebih intelektual!


Sebagai sastrawan dan kaum akademisi, tentunya kita punya etika tersendiri dalam mengritik. Tidak sembarang mengritik, tapi juga ada ilmunya. Bahkan dalam pembelajaran sastra, Kritik Sastra menjadi cabang ilmu tersendiri dan mendapat jatah satu kelas mata kuliah. Dan di sanalah kita mengenal teori-teori kritik sastra. Karena Neko lebih sering gaul ama anak-anak Sastra, Neko pernah bertanya begini kepada seorang dosen sastra, di depan semua anak-anak Sastra satu angkatan: "Ma'am, kenapa sih kita harus mempelajari begitu banyak teori hanya untuk mengritik karya sastra? Kenapa kita nggak belajar bagaimana cara untuk membuat karya sastra saja?"

Sang dosen menjawab bahwa dalam studi sastra, orang-orang terbagi menjadi dua. Satu adalah pihak creator. Mereka yang menghasilkan karya-karya untuk kemudian diapresiasi dan dikritik. Di samping itu ada lahan tersendiri bagi para kritikus sastra. Ya mereka ini yang mengritik karya-karya tersebut. Dan menurut Bu Dosen itu, adanya kritik justru mengangkat karya sastra itu. (sama seperti editorial edisi pertama ya) Semakin banyak kritik yang diterima suatu karya, berarti karya itu memang menyimpan daya tarik (entah yang sifatnya positif atau negatif) yang membuat banyak pembaca ingin memberi respon. Jadi berbanggalah jika karyamu dikritik. Itu berarti kualitas karyamu mulai diakui dan dianggap layak mendapat tanggapan. Hehehehe… Sedih banget kan kalau udah capek-capek berkarya tapi akhirnya malah dicuekin? Karena itu, Neko harap kritik, saran, dan apresiasi berupa editor’s note di blog ini, bisa mengangkat pamor karya-karya yang ada. Yang lebih penting lagi adalah menghidupkan karya-karya berikut hingga bisa menjadi sebuah wacana yang patut untuk ditindaklanjuti.

Menariknya, seperti kata Pak Karkono dalam kelas Teori Sastra-nya yang lalu, "Seringkali pembahasan karya sastra atau kritik sastra jauh lebih heboh daripada karya itu sendiri. Bahkan biasanya sampai membawa-bawa tafsir makna yang jauh lebih dalam. Yang bahkan tidak terpikir oleh si pengarang karya itu sendiri."

Dosen muda itu lalu melanjutkan contohnya adalah puisi Bulan di Atas Kuburan karya Sitor Situmorang. Begitu banyak tanggapan, review, dan pembahasan atas karya itu. Puisinya sendiri sangat pendek. Tapi begitu banyak para kritikus yang berusaha menggali-gali makna-makna simbolis dari puisi itu. Di antaranya ada yang bilang, bulan menyimbolkan keindahan. Sedangkan kuburan, sebaliknya menyiratkan kematian, kesedihan, sehingga ada paradoks dan ironi dalam puisi itu. Seperti di blog ini : http://nesia.wordpress.com/2008/09/23/malam-lebaran-bulan-di-atas-kuburan/. Padahal, kata Pak Karkono, dalam sebuah kesempatan ketika ditanyai tentang makna puisinya, Sitor Situmorang mengaku bahwa ia membuat karya itu karena kebetulan suatu malam ia lewat kuburan dan ia melihat bulan purnama bersinar saat itu http://berpikirpagihari.blogspot.com/2009/09/malam-lebaran-bulan-di-atas-kuburan.html

That's it. GLODHAK KROMPYANG KLONTHANG banget kan? 

Contoh lain, coba saja tengok saja skripsi para mahasiswa Sastra. Karya yang dibahas bisa saja hanya cerpen beberapa lembar, novel tipis, atau bahkan mungkin hanya sebaris lirik lagu. Tapi hanya dengan membahas karya-karya tersebut saja bisa menghasilkan ratusan lembar skripsi tebal. Bisa dipakai untuk meluluskan diri dan mendapatkan gelar sarjana pula! Hehehe… Itulah yang menarik dari dunia kritik sastra.
Adapun kembali pada percakapan Neko dengan dosen Sastra Inggris itu sendiri, beliau mengatakan bahwa tidak semua kritikus sastra mampu menghasilkan karya sastra yang mumpuni. Sebaliknya, tidak semua orang yang bisa bikin karya sastra, bisa membuat kritik sastra. Sama kayak nggak semua pengamat dan pengritik film bisa bikin film. Tapi alangkah bagusnya kalau kedua hal itu bisa dikuasai. Namun, rupanya Pak Heri tidak setuju dengan hal ini.

Menurut beliau, sebelum diajari soal teori-teori sastra yang mendaki-daki seperti itu, seharusnya seorang pendidik kelas sastra lebih dulu memotivasi para siswanya agar bisa menghasilkan karya sastra. Jangan sampai kelas itu hanya menghasilkan para siswa yang bisanya cuma ngritik tapi nggak bisa bikin karya sendiri. Well, dipikir-pikir argumennya logis banget sih. Karena seharusnya orang yang bisa mengritik adalah mereka yang punya kapasitas dan kapabilitas dalam bidang yang mereka kritik. Jadi kalau kritikus sastra ya logisnya dia harus jago atau paling tidak rutin membuat karya sastra dong. Atau kritikus film, walau belum bisa bikin film (bikin film mahal bleh!) paling tidak dia menguasai ilmu sinetografi dan memang gemar menonton film.
Yang jelas, mengritik tanpa etika dan basic ilmu hanya akan membuat Anda dilabeli sebagai OMDO (Omong Doang) dan NATO (No Action Talk Only). Bahkan bisa-bisa Remy Sylado, sastrawan veteran yang terkenal dengan Kembang Jepun, Ca Bau Kan, dan Kerudung Merah Kirmidzi itu pun akan ikut mencibir, "Memangnya kamu bisa bikin apa?"

            Cherio











Mizuki Arjuneko

(DAS Contemplation) Catatan 365 hari #19: IMAGINATION

Oke, tulisan kali ini lagi-lagi diambil dari notes Pak Arif Bawono Suryo. Orang yang satu ini memang luar biasa. Hampir setiap hari, beliau menghasilkan tulisan di group FLP Malang. tampaknya beliau memang berusaha untuk setidaknya menghasilkan satu tulisan dalam satu hari. Karena itu, catatannya diberi brand : Catatan 365 hari). Keren! Benar-benar usaha yang patut ditiru oleh para Laskar Pena! Sepertinya dengan begini, beliau sudah memiliki rubrik sendiri di FLP Malang hehehe. Semoga bisa cepat dikumpulkan dan dijadikan buku ya, Amin. Saking banyaknya tulisan beliau, Neko memutuskan untuk memostingnya secara acak saja hehehe.... Kali ini adalah catatan hari ke-19. Check this out!

Oleh Arif Bawono Surya



Pernah dengar idiom di samping? Ya saya mendengar idiom itu di penghujung tahun 2009. Mbah Einstein ingin menjelaskan pada kita bahwa pengetahuan memang penting. Tetapi imajinasi atau daya pikir kreatif juga penting. Ilmu tidak akan banyak berguna jika kurang diaplikasikan secara kreatif, misalnya ilmu menulis. Bila hanya difungsikan untuk menulis hal-hal formal, resmi, dan konvensional maka ga ada nilai tambahnya, mbosenin. Hanya sebatas nulis. Tetapi di tangan orang-orang yang penuh imajinasi maka hal sepele seperti tulis-menulis menjadi sebuah karya yang indah dan bisa dinikmati. Oleh karena itu, wahai para cendikiawan-cendikiawan, jangan sampai ilmu yang kita miliki cuma menjadi sebatas ilmu “asal pakai” tetapi menjadi ilmu yang mempunyai nilai tambah.   

Lalu darimana kekreatifan itu muncul? Jawabannya adalah dari cinta. Lho? Iya dari cinta. Saat kita mencintai sesuatu, atau apa yang kita kerjakan maka kita akan selalu terpacu untuk memberikan lebih dan lebih. Beda halnya bila kita melakukan sesuatu hanya karena dorongan kebutuhan dasar kita. Ga ada rasa untuk berbuat lebih, atau membuat lebih baik dan indah lagi. “Cukuplah, seperti ini”. Mungkin itu kata yang menandakan bahwa imajinasi atau daya kreatif kita sedang tergerus. Dengan mencintai apa yang kita lakukan dan melakukan apa yang kita cintai, maka kreatifitas itu akan mudah sekali muncul. Perasaan “Ting” itu seakan-akan bisa  muncul kapan saja. Oleh karena itu, yuk mulai dari sekarang kita melakukan apa yang kita cintai dan mencintai apa yang kita lakukan. Agar pekerjaan kita tidak hanya sekedar mengugurkan kewajiban tetapi juga bernilai tambah. :D    

Malang 29.07.11 


 Editor's Note:

Hmm...asyik-asyik. Neko suka banget ama postingan Pak Arif yang satu ini. Secara, imajinasi adalah hal yang sangat vital. Penulis yang hebat selalu punya cara untuk membasahi otaknya dengan imajinasi. Kekurangan postingan ini adalah kurang....banyak! Heheh... mungkin akan lebih menarik dan tentu aplikatif jika Pak Arif menambahkan tentang tips memperkaya imajinasi, atau mengambil tips dari penulis-penulis lain yang lebih terkenal.

Buat para Laskar Pena, imajinasi banyak berseliweran di sekitar kalian. Karena itu, waspadalah...waspadalah! Hehehe Ada yang mau menambahkan komentar?
Hidupkan dunia dengan karya sastra. Hidupkan karya sastra dengan berbagi apresiasi.

Cherio

Mizuki-Arjuneko

Profil Penulis:

Arif Bawono Suryo, atau yang di FLP Malang lebih beken dengan panggilan "Pak Arif", baru saja memutuskan untuk bergabung ke dalam keluarga besar FLP tahun 2011 ini. Walaupun baru bergabung, Pak Arif sudah cepat beradaptasi dan lumayan aktif dalam diskusi-diskusi FLP Malang yang sering diadakan di Taman Seribu Janji (alias depan rektorat UIN Malang). Dikenal sebagai mood-maker dan joke-maker dalam diskusi. Ada saja celetukannya yang bikin kami jadi gondok tapi nggak tega njitak karena lucu. Hufff...

Kemampuannya berbicara di depan publik dan kengocolannya sebenarnya tidak perlu diherankan lagi karena lulusan manajemen UM ini dulu sempat aktif di UKM IPRI (Ikatan Pecinta Retorika Indonesia) selama masa kuliah. Tak heran, ia menaruh minat untuk menjadi motivator dan juga tertarik untuk mendalami bidang broadcasting. 

Pemuda yang bekerja sebagai guru SMA ini, selain jago cuap-cuap di depan publik juga sangat produktif dalam menulis loh. Tulisan-tulisan di group FLP Malang itu hampir setengahnya adalah hasil tulisannya orang ini. Di lain kesempatan, Divisi Apresiasi Sastra akan membahas essay-essay Pak Arif. Tulisan-tulisannya bisa juga dilihat di blog pribadinya ini: http://abawonos.blogspot.com/

(DAS EDITORIAL): PEMULUNG KARYA

Cuap-cuap sang Admin Kesepian (halah!)

Salam Laskar Pena!



Kalian pasti penasaran dengan tag DAS yang sering ada di postingan kita bukan?
Tag ini adalah salah satu divisi kita, yang berada di divisi pengembangan karya di FLP Malang. Neko rasa, apa itu FLP sudah nggak perlu Neko jelasin lagi. (Kalau nggak tahu FLP, duuuuh nggak gaol deh loe!). Secara FLP sendiri cabangnya sudah tumbuh hingga merambah Jepang, Belanda, Mesir, dan kawan-kawan. Walau begitu, emang ada sih beberapa teman Neko yang nggak ngeh dengan FLP (ketahuan nih kalo nggak doyan baca! Hehehe). Biasanya Neko cuma menjabarkan FLP dengan menyebut 3 nama besar: Helvy Tiana Rossa, Asma Nadia, dan Habiburrahman El Shiraizy. Dan mereka pun langsung mengerti bahwa ketiga figur ternama tersebut masih satu maqom dengan FLP hehehe...
Inagurasi anggota baru FLP Malang 2011. Tenang aja, kami nggak mengenal senioritas. Yang ada hanyalah semangat kebersamaan dan kekeluargaan untuk saling berbagi ilmu. Wanna join us? =)

Anteng mendengarkan materi Tips dan Etika Berkomunikasi dari Pak Dian
Anyway, aslinya Divisi ini berjudul Divisi Kritik Sastra. Fungsinya sendiri adalah...ya seperti namanya, mengritik karya-karya sastra yang sudah dihasilkan oleh anggota-anggota FLP Malang. Banyak yang mengira bahwa untuk bisa bergabung dengan FLP sudah harus pintar menulis, padahal nggak juga loh. Banyak anggota-anggota kami yang masuk ke FLP Malang justru karena baru ingin belajar menulis. Jadi buat kamu-kamu yang pingin belajar menghasilkan karya tulis yang oke tanpa mengesampingkan nilai dan pesan moral, gabung aja deh ama kita. Hehehe.... Di FLP Malang, kami saling bertukar dan berbagi ilmu.

Setelah bedah karya di Unibraw. Keliatan anteng begini, padahal...GOKIL SEMUA!
Nah, senarsis apapun kita, nggak ada karya yang benar-benar sempurna kan? Karena itu dibutuhkan saran-saran dan kritik dari orang lain, agar bagus-tidaknya karya kita bisa dinilai secara objektif. Karena itu, sesi bedah karya selalu menjadi sesi-sesi paling favorit Neko selama di FLP Malang. Di situlah peran DAS (Divisi Apresiasi Sastra, tadinya Divisi Kritik Sastra) dibutuhkan. Jadi sebenarnya tugas kami simpel banget, mengoordinir siapa saja anggota-anggota yang karya-karyanya mau dibedah ramai-ramai. Kami juga harus menentukan urutan, juga jadwal sesi bedah karya. Sering juga, kami mengundang penulis yang sudah lebih berpengalaman untuk membagikan tips-tips membuat karya juga menembus penerbit dan media massa. (dan karena simpel itulah, Neko memilih divisi ini heheheh...). Biasanya sih anak-anak FLP ngumpulnya di Taman Seribu Janji alias taman depan rektorat UIN (walau habis ini, Neko mau request agar diskusinya dipindah ke Perpustakaan Kota Malang Jl. Ijen agar suasananya lebih kondusif). Tapi alhamdulillah kita sudah punya markas baru sekarang (Jalan Terusan Piranha Atas Gg. Kenari no 42.)

Selain itu kita juga sangat aktif di dunia maya, terutama F. Jadi berawal dari melihat betapa semangatnya anak-anak FLP Malang saling unjuk karya di group, akhirnya kami pun punya ide, bagaimana kalau karya-karya tersebut dikumpulkan secara rapi, lalu diapresiasi (diberi saran dan kritik). Siapa tahu bisa langsung diedit-edit dan diajukan ke penerbit kan? Maka akhirnya jadilah blog ini. Fungsinya adalah untuk menjadi wadah unjuk karya dan sharing ilmu bagi anak-anak FLP Malang dengan cakupan yang lebih luas. Coz kalau di grup kan anggotanya terbatas. Sedangkan di blog ini, semua orang bisa mengakses dan menjadi saksi betapa produktifnya para Laskar Pena FLP Malang. Dan beginilah kami, menjadi Pemulung Karya. Harus memelototi layar berjam-jam untuk menelusuri  histori karya anggota di group rasanya ya sedap juga! Hahaha...semoga langkah kecil ini bisa memberi manfaat yang banyak bagi para anggota FLP Malang.

Karena divisi ini bertajuk Divisi Apresiasi Sastra, tentunya karya-karya itu ga cuma sembarang diposting dong, tapi juga kami beri sedikit masukan dan saran, juga pertimbangan tentang media mana yang kira-kira mau menerima jenis tulisan tersebut. Karena itu di bawah setiap postingan karya ada Editor's Note. Itung-itung divisi Neko bisa belajar jadi editor yang baik kan? Insyallah orang-orang yang menjadi editor di blog ini adalah orang-orang yang kapabilitas dan kiprahnya sudah nggak diragukan lagi! (Tuh foto-foto kami udah nangkring dengan narsisnya di sisi kiri blog) Hehehe ada Mbak Fauziah Rachmawati (Mbak Zie) yang beberapa artikel non ilmiah dan cerpennya sudah tembus media-media seperti Intisari, Republika, dan Surabaya Post. Psst baru-baru ini beliau lolos Pemuda Pelopor loh! Hehehe.... Lalu ada juga Mashdar Zainal yang setiap minggu, selalu saja ada cerpen-cerpen beliau yang dimuat. Bahkan lelaki yang sehari-harinya menjadi guru SD IT Insan Permata ini pernah menembus Kompas dan Jawa Pos loh! Sering cerpen-cerpennya dimuat oleh 3 harian secara bersamaan dalam satu minggu. So, siapa sih yang nggak pingin dapat saran dan masukan beliau pas bikin karya fiksi? Lalu ada lagi Ai El Afif, anggota divisi yang paling muda, tapi kiprahnya juga udah waw! Baru gabung FLP Malang (ngakunya sih baru aja belajar nulis) doi sudah jadi pemenang juara 1 Lomba Cerpen Rohto loh! Nggak cuma itu, beberapa lomba cerpen nasional dan regional lain pun sempat ia sabetBener-bener bikin gemes para seniornya deh hihihi. Tapi yang penting sip kan? Dan terakhir, ada Cecep El Bilad, yang baru saja menerbitkan buku bertema kondisi negara Indonesia saat ini. Kalau pemuda yang satu ini mah, insyaallah jagonya karya-karya non fiksi, Gan. Sekarang sudah hijrah ke Jakarta untuk bekerja di sebuah harian nasional, tapi insyaallah hatinya tetap ada di FLP Malang. Tahun kemarin doi baru pulang dari Amrik Bok. So, yang mau sharing-sharing soal kebudayaan Amrik, bisa langsung kontak beliau. Tulisan-tulisannya kebanyakan bertema soal kenegaraan, politik, dan isu-isu lain yang sering kita lihat di stasiun-stasiunTV berita tanah air. Mantaps


Udah, gitu aja? Perasaan kok ada yang kurang ya? Oh ya masih ada Neko hwkwkw...tapi kayaknya ga terlalu penting untuk dibahas, soalnya yaaah Neko masih belum terlalu berkiprah di media massa. Dulu sih pernah satu-dua karya dimuat, tapi itu duluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu sekali (dengan "U" yang entah berapa kilometer panjangnya). Untuk sementara ini, Neko masih stay in sebagai aktivis Facebook dan blogger, tapi tetap menulis sembari mencuri-curi ilmu dari anggota lain yang lebih jago hehehe... Neko juga mulai tertarik di bidang skenario ini, jadi yang mau sharing soal perfilm-an, hayuuuuk.

Neko berharap, semoga blog ini bisa merintis terbitnya media entah berupa majalah atau buletin terbitan FLP Malang sendiri. At least paling nggak e-magz dulu deh, kaya di FPKM (Forum Penulis Kota Malang) yang e-magz-nya udah bejibun, en lumayan disukai karena penuh dengan tutorial menulis. Semoga impian kecil ini bisa tercapai. Amin

Sebenarnya, Neko pingin cuap-cuap lebih banyak lagi soal kenapa kok nama divisi ini tiba-tiba diganti. Tapi yaa...karena udah kepanjangan dan deretan angka di net-biling udah semakin horor gini, Neko undur diri dulu. Insyaallah besok, kita bisa berjumpa kembali untuk membahas lebih banyak lagi tentang dunia Kritik Sastra (atau Apresiasi Sastra)

Cherio

Mizuki Arjuneko