SOSIALISASI: SALAH SATU SEMBAKO PENULIS

Siapa sih penulis? Orang yang berkacamata, pendiam, dan selalu menyediri. Sebagian dari kita masih berpikir begini. Memang, karena kebanyakan penulis hanya dapat berkonsentrasi menyelesaikan karyanya dengan menyendiri di taman, kamar, atau tempat favorit lainnya. Bahkan, beberapa penulis perlu menonaktifkan handphone dan social media­-nya saat menggarap naskah.  Eits, sebaiknya, kesendirian itu hanya kita lakukan saat menulis, membaca, dan sesekali me time. Kesendirian penulis perlu diimbangi dengan sosialisasi.

Sosialisasi merupakan kegiatan dimana penulis berinteraksi dengan orang lain. Penulis terlibat dalam tegur-sapa, bercakap, bahkan berdiskusi dan tolong-menolong. Kegiatan ini juga bisa sampai pada pembentukan kelompok di antaranya komunitas atau organisasi.

Banyak penulis pemula yang bersemangat menggali teori kepenulisan baik dari buku, seminar, dan sebagainya tetapi kemudian gamang dalam mempraktikannya. Ada siluman mental block berwujud banyak alasan’ untuk menunda menulis. Kebanyakan penulis pemula dihantui rasa takut salah dan gagal. Nah, pada saat seperti ini, seseorang perlu ‘pecutan’ dari luar.

Bersosialisasi dengan sesama penulis efektif untuk menerobos kegamangan. Perasaan iri dan malu dalam diri saya semakin tergugah setelah berkumpul dengan mereka. Kabar teman-teman yang telah memublikasikan karya atau sedang bergulat menelurkan karyanya menjadi ‘pecutan’ untuk melakukan hal yang sama. Saya juga seperti ingin merasakan bahagianya menderita dalam perjuangan seperti mereka. Setidaknya, bergabung dengan komunitas atau organisasi kepenulisan mendorong saya untuk mau menjalani proses.

Minimnya akses informasi kadang membuat calon penulis tidak tahu pentingnya banyak membaca, menonton film, mengamati alam, bagaimana karya berkualitas yang patut dicontoh, dan lainnya. Setelah bergabung di berbagai komunitas dan organisasi, khususnya FLP Malang, saya baru tahu semua itu. Anggota FLP Malang dengan kapasitas beragam, dari penulis nasional hingga pemula, memberi saya banyak pelajaran terkait teknik menulis dan aktivitas pendukungnya. Banyak hal yang tidak tersedia di internet atau buku teori menulis. Ada juga hal-hal simpel tetapi penting dan tidak saya sadari saat belajar otodidak.

Dengan berinteraksi langsung, saya bisa menggali hasil belajar panjang dari anggota senior. Saya bisa bertanya sesuai kebutuhan dan mengorek sampai jelas. Banyak juga hal-hal yang bisa diperoleh di buku atau internet tetapi lebih mudah diingat saat diperoleh dari interaksi langsung. Momen-momen saat berinteraksi membantu saya dalam mengingat.

Semangat saling mendukung antarpenulis dapat berwujud apresiasi dan kritik. Sharing karya menjadi momen spesial dimana kawan-kawan FLP Malang bersedia mengevaluasi karya kawan lainnya. Hal itu tidak hanya dilakukan pada karya berdurasi pendek tetapi juga panjang. Pada sesi tersebut, evaluasi berangkat dari kaca mata pembaca dan teknik kepenulisan. Evaluasi karya juga melalui forum personal seperti pada novel “2B” karya Maulida Azizah dan saya. Hasil evaluasi ini bisa menjadi testimoni (endorsement).

Saya suka menulis sejak SD, tapi hingga SMA, saya hanya menulis  untuk konsumsi pribadi dan teman-teman dekat serta selalu gagal di lomba.   Saya sadari dulu saya tidak mengerti bagaimana mengirim karya ke media massa atau ke lomba. Selain syarat administrasi, ternyata ada faktor tidak tertulis yang harus diamati terkait media atau penyelenggara lomba. Inilah yang saya peroleh dari FLP Malang sehingga saya mulai berani ikut lomba. Beberapa sudah beruntung di samping beberapa masih belum rejekinya.

Bergabung dalam komunitas atau organisasi kepenulisan membawa saya kepada orang-orang dengan profesi terkait. Banyak di antara mereka yang bekerja di penerbitan, percetakan, penjualan offline maupun online, bahkan terapis.  Dari mereka, saya belajar bagaimana membaca pasar, menjalin kerja sama, mempromosikan karya, menerapi mental, dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat diperoleh di samping belajar langsung pada kawan penulis yang telah menerbitkan karya.

Interaksi dengan berbagai karakter orang dari berbagai latar belakang dan profesi memberi banyak wawasan, referensi, dan inspirasi. Bersosialisasi dengan berbagai karakter orang menjadi sumber pengetahuan saya terkait karakter tokoh. Pengalaman interaksi langsung dengan karakter yang diciptakan memperdalam penjiwaaan terhadap karakter tersebut. Menyelami berbagai latar belakang orang merupakan akses pengetahuan akan warna kehidupan dan pelajaran yang dapat ditarik darinya. Mengenal berbagai latar belakang dan profesi dapat memudahkan proses riset.  Proses semacam ini juga dapat melahirkan ide-ide tulisan.

Rasa percaya dalam jalinan hubungan yang baik dapat menjadi akses informasi penting. Informasi tesebut dapat berupa dokumen ataupun keterangan kontroversial yang sulit diakses di jalur publik. Misal, informasi sebaran perdagangan illegal.

Bertemu dengan berbagai orang dengan berbagai keahlinan membuka jalan kolaborasi. Menarik, saat menyelami dunia baru dengan bentuk karya dan tantangan baru. Karya kemudian secara tidak langsung menjamah segmen yang lebih luas misalnya, penikmat film atau pecinta komik.

Begitulah sosialisasi menjadi salah satu sembako penulis. Bersosialisasi merupakan solusi untuk mulai menulis, meningkatkan kualitas tulisan, dan menghasilkan karya. Maka, semakin banyak menjaring, semakin banyak yang ditangkap.

Writing Camp 2014

Writing Camp 2014
Dari FLP Malang.

Materi:
1. Fiksi (cerpen, novel)
oleh Mashdar Zainal (Cerpenis dan Novelis Nasional)

2. Jurnalistik
oleh Faris Khoirul Anam
Jurnalis, Penulis buku "Fiqih Jurnalstik"

3. Mengenal & Menghancurkan Mental Block
oleh Nur Muhammadian
Penulis, Trainer, Therapist, Penulis buku "Kripik Untuk Jiwa"

4. Pengenalan Skenario
5. Sharing Karya
6. Bedah Film
7. Seluk Beluk Dunia Penerbitan

Hanya IDR 200.000
bagi anggota FLP, pelajar, dan mahasiswa diskon 10%

Transfer ke rekening:
BNI : 0253410156 a/n Agung Prabowo
Mandiri : 7060582291 a/n Intan Kurniawati L.A.

Fasilitas:
Sertifikat, penginapan, transportasi, akomodasi, konsumsi, buku.

Tanggal 7-8 Juni 2014 di Villa Hidayatullah Malang.

CP:
Diyah : 082232139296
Lauda : 085608059878

SHARING KARYA: ADA APRESIASI DAN KRITIK NYATA


Pernah gak, menyodorkan karya ke orang lain, berharap diberi kritik membangun, tapi cuma dapat sirik? Atau, hanya dijawab ada yang kurang tapi tidak tahu di mana.
Banyak juga yang sungkan mengkritik karena belum pernah menulis. Atau, kita hanya dihujani puji-pujian, lebih parah lagi cuma kata mantaaappp, siippp, lanjutkaannn, de el el.  

Nah, FLP Malang punya program nih yang bisa menjawab semua masalah itu, yaitu sharing karya. Program ini sudah diterapkan FLP Malang selama lebih dari empat tahun bahkan kemudian menjadi agenda mingguan. Melalui program ini, sebuah karya diapresiasi dan dikritik. Seluruh peserta membaca karya yang di-share kemudian memberi komentar. Karya dievaluasi oleh anggota yang sudah berpengalaman, bahkan ada akademisi sastra dan penulis nasional juga lho. Jadi, karya tidak hanya dievaluasi dari kaca mata pembaca tetapi juga teknik kepenulisan.

Sebagai pembuat karya, kita jadi tahu celah karya kita. Jika ada kekurangan maka evaluator mendeteksi bagian yang terinfeksi, apakah keberhasilan membangun ‘efek setan’, rasa bahasa, logika cerita, efektivitas dialog, dan lainnya. Evaluator juga memberi tips-tips sesuai hasil evaluasinya.

Program sharing karya bukan ajang tabur pujian gombal, bukan pula pembunuh semangat. Apresiasi disampaikan apa adanya, kritik difokuskan pada karya. Semua itu dilakukan sesuai dengan tujuannya, yang disampaikan oleh Muhammad Hafidz Mubarok, Ketua Divisi Pembakardiriku* FLP Malang, yaitu “menjadi cambuk penyemangat untuk mematangkan tulisan”.

So, aspek apa saja sih yang harus dievaluasi dari karya kita? Bagaimana apresiasi dan kritik yang membangun? Temukan jawabannya di sharing karya, Writing Camp FLP Malang 2014.

*Pengembangan Karya dan Kaderisasi Kurikulum