Nggak terasa sudah setengah semester Neko sit in di kelas Teori Sastra-nya Pak Karkono (buat yang baru mengikuti blog ini, Neko adalah mahasiswi Sastra Inggris yang sit in di kelas Teori Sastra milik jurusan Sastra Indonesia, dalam rangka persiapan retake kelas Literary Theory semester depan. Salah satu kelas yang nilainya bikin IPK Neko babak belur, 2 semester lalu huhuhu...)
Niat awalnya sih ye, minimal bikin satu artikel setiap kali selesai mengikuti perkuliahan. Keren nggak cing? Tentunya artikel dengan gaya gokil berisi seperti gaya Neko yang sudah-sudah wkwk (moga aja emang berisi…ilmu. Nggak cuma berisi curhatan geje hehehe). Masih belum sanggup bikin yang terlalu serius, euy… Baru juga belajar teori sastra 2 bulanan hehe. Pokoknya prinsip Neko biar gaya bahasa nyantai yang penting lumayan berisi lah. Minimal lumayan berisi…k (JDHANG! KROMPYANG…noh udah berisik kan?)
So, idealnya, kalau Neko udah sit in di kelas itu selama 5 kali pertemuan, harusnya Neko udah bikin 5 artikel teori sastra dong? Wah, seandainya semua mahasiswa berpikiran sama: bahwa setiap mengikuti jam perkuliahan adalah investasi dimana setelah perkuliahan bisa mendorong setiap individu untuk menghasilkan setidaknya sebuah karya. Jika seperti itu tentu dunia akademis dan budaya menulis journal mahasiswa kita akan semakin bergelora. Nggak ada lagi tampang-tampang hampa seperti tampang Neko saat mengikuti mata kuliah Statistik (kyaa…hahaha). Setiap detik perkuliahan akan menjadi lebih bermakna. Ingat, bahwa kursi yang kita duduki di dalam kelas selama kuliah nggak gratis sama sekali. Mari sejenak kita merenungkan seberapa banyak cucuran keringat dan air mata orang tua kita untuk bisa membiayai agar kita bisa menaruh pantat dengan nyaman di bangku perkuliahan (kecuali kalau sedang bisulan).
“Nggak juga, aku kan dapat beasiswa penuh.” sergah seorang mahasiswa dengan songongnya.
Yeeey! Walaupun dapat beasiswa penuh sekalipun, tetap saja butuh perjuangan dan proses untuk mendapatkannya kan? (biaya SD-SMA nggak dihitung? Biaya ngelahirin manusia kayak situ emangnya nggak dihitung?)
Tampang Neko kalo lagi jenuh kuliah. Dosen mana coba yang nggak tega nyambit? Wkwkw
|
Setiap kali Neko merasa blank atau nggak nyambung dengan materi kuliah karena kedodolan Neko sendiri (entah tidur, ngelamun, atau bahkan ngelamun sambil tidur), Neko selalu maki-maki diri sendiri. Sudah rugi waktu. Nggak dapet ilmu pulak. Benar-benar sebuah kedzaliman luar biasa jika Neko meremehkan usaha orangtua Neko menguliahkan kucing mungil ini biar bisa sepintar manusia, dengan menyia-nyiakan sesi kuliah. Setelah itu mungkin baru maki-maki dosennya (dalam hati), cara ngajar kok kayak orang meninabobokkan wkwkw…PLAK!
Teman Neko pernah bilang, “Makanya, jadilah pembelajar yang aktif! Jangan datang kuliah dengan sekedar naruh pantat, mendengarkan tanpa berpikir kritis, atau mencatat tanpa mengerti apa yang dicatat.” Oh, kawan…seandainya kalian bisa melihatnya dengan mata telanjang, kalian akan takjub melihat betapa banyaknya ide-ide yang beterbangan memenuhi setiap majelis ilmu. Dan betapa banyaknya ide-ide yang kemudian menguap lalu mati tanpa pernah ditangkap…
Secara materiil, kalau kita mau balik modal, kita bisa mendapat tambahan uang saku jika dari perkuliahan, kita bisa menulis artikel, lalu artikel-artikel itu kemudian dimuat oleh media massa hehehe. Lumayan, satu surat kabar biasanya member honor 100-150 ribu untuk satu artikel. Tergantung kolom dan juga tingkat surat kabarnya. Kalau surat kabarnya bonafid setingkat Kompas, konon bisa sampai 500 ribu. Hitung saja, berapa yang bisa didapat kalau kita rutin menulis,mengirimkannya ke surat kabar dan dimuat! Ada beberapa teman Neko dari luar kota yang bisa bertahan hidup di metropolitan ini dengan cara seperti itu. Salut. Anak-anak kos memang ruarr biasa!
Secara prestis, gengsi juga terangkat. Tapi yang lebih dari itu, dengan berbagi ilmu, insyaallah kita bisa menguasai ilmu tersebut dengan lebih baik. Walaupun mungkin kita nggak jenius-jenius amat, tapi semangat berbagi ilmu akan menjadi roh positif yang mewarnai langkah-langkah kita menapaki dunia akademisi. Justru karena kita nggak jenius, maka kita bisa mengerti sudut pandang orang-orang awam seperti kita sendiri. Dengan begitu kita bisa memaparkan sesuatu yang rumit dengan cara yang bisa dimengerti juga oleh orang-orang awam. Dosen juga manusia, ada kalanya seorang dosen sebenarnya sangat intelektual, tapi ia tidak mampu menyampaikan dan menyalurkan keintelektualitasannya dengan cara yang sanggup dipahami orang-orang yang nggak terlalu pintar kaya Neko (ogah ah nyebut diri sebagai “nggak terlalu intelektual.” Mengolok-ngolok diri sendiri juga ada batasnya kan? Wkwkwk). Nah, kalau kemudian kalian bisa membantu orang-orang seperti Neko untuk bisa memahami apa yang disampaikan para intelektualitas itu kan pahala jariyahnya banyak banget (apalagi kalau kalian menyalurkannya di ruang publik seperti blog, ada berapa banyak kucing dodol yang tertolong?) Nah, investasi dunia akhirat kan jadinya? Seperti yang diriwayatkan oleh H.R. Bukhari:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”
Semoga kita bisa terus memelihara dan melestarikan cara berpikir seperti ini, sehingga peserta didik seperti kita, tidak akan hanya menjadi pengejar nilai, atau pengejar intensitas presesensi (sampai ada yang bela-belain TA alias Titip Absen segala). Kita akan menjadi pengejar ilmu, dan lebih dari itu, pengejar makna. Para dosen juga nggak akan lagi hanya menjadikan kelasnya sebagai sesi-ceramah-satu-arah-yang-cenderung-dimanfaatkan-mahasiswa-dodol-untuk-tidur-siang. (bukan Neko! Bukan Neko!) Mereka akan lebih terpacu untuk menjadikan kelasnya sebagai ruang yang penuh inspirasi dan motivasi, tidak hanya informasi yang terstruktur saja. Hmm…ideal sekali kan?
Sayangnya situasi Neko sama sekali nggak ideal =_=” (atau Neko yang belum bisa menjadi penulis atau blogger yang ideal huh). Neko sendiri sampai salting karena dulu tiap kali selesai mengikuti mata kuliah, Pak Karkono selalu menagih, “Mana artikelmu???”
Hiiii 0_0! Sampai sekarang akhirnya Bapake nggak pernah menagihnya lagi…JDHANG! Nggak perlu Neko kupas satu-satu deh alasan-alasan Neko soal dikejar tugas laporan, mid-test dan kuis-kuis kuliah regular atau alasan yang paling sering Neko pakai semester ini: PPL! Toh, banyak manusia di luar sana yang lebih sibuk tapi proses kreatifnya bisa jalan terus… Rasanya Neko nggak berhak mengeluh atau beralasan kalau sudah begini…
Nah, mumpung sekarang lagi ada motivasi (besok Pak Karkono akan mengadakan midtest! Huaaa…), maka Neko akan berusaha menghabiskan sisa hari ini dengan menulis ulang catatan-catatan Neko tentang sekelumit teori-teori Sastra yang sudah diajarkan. Sambil mengisi editorial blog yang sudah dua bulan vakum, sambil belajar.
Mari menjadi pembelajar!
Mizuki-Arjuneko
0 Comment to "(DAS EDITORIAL): Menjadikan Sesi Perkuliahan Sebagai Investasi Dunia-Akhirat"
Post a Comment