Sumber : kompas |
“Hei, masak balonnya bisa bisa jadi ayah? trus jadi bom?!”
“Haha.. Apa hubungannya pakaian nggak bisa kering dengan tak sendiri? Emangnya kalau pakaiannya kering jadi tak sendiri? Jadi punya pasangan?”
“Ini malah jadi cerita tentang George si Monyet. Kebanyakan nonton film!”
“Hiks.. kau merusak ceritaku!”
Dan berbagai celetukan yang lain.
Minggu 14 Juni 2015 kami -kru FLP Malang- terbahak-bahak di depan Rektorat UIN. Tiap mendapat lembaran dari teman sebelah dahi menjadi berkerut, mata berputar memegangi mulut, kemudian tak tahan menahan tawa. Apalagi kalau dapat naskah dari barisan “pengacau” hahaha piss teman-teman.
Hari itu kami membuat cerita estafet. Kami duduk melingkar, menulis bersama, dengan urutan ke arah kanan. Dimulai dari Mahfuzh, Muchtar, Arla, Mas Danang, Yeni, Zie, dan Ninda.
Sebelum menulis kami membuat undian tema. Setelah itu mengundinya.
Yenny-dasi, Lita-gudang, Fauziah-mengejar, Muchtar- pakaian, Erla-dari, Mahfuzh teh, dan Mas Danang mimpi.
Awalnya tak masalah, sampai melewati teman-teman “unik”, cerita itu jadi bermasalah. Kami dibikin gregetan, geli, dan terpingkal-pingkal.
Ketelitian saat membaca saat berpengaruh terhadap alur. Dalam permainan ini satu orang satu kalimat, begitu seterusnya. Jika terlewat membaca satu kalimat saja, cerita bisa berantakan.
Contohnya dalam cerita dasi
“Dia tidak pernah tahu, dasi merah yang dia gunakan saat ini adalah pemberianku. Aku membelinya setelah mengumpulkan uang makan sedikit demi sedikit. Bahkan aku tak pernah sekalipun membelikan dasi atau hadiah yang lain untuk bapak. Tapi ia berbeda, aku bisa menghabiskan seluruh uang tabunganku untuk membuatnya senang. Berkatnya pun aku kini langsing, tapi bisa dibilang juga kurus kering. Kau tahu bahkan akupun harus memulai diet jenis baru makan dua kali seminggu. Meskipun sebenarnya dietku tak ada hubungannya sama sekali dengan dasi buat bapak. Hanya karena dasi aku harus diet? Ehm ta kusangka.”
Kata “dia” menurut penulis pertama adalah seorang laki-laki yang –mungkin- disukainya. Tapi menurut penulis berikutnya, “dia” bisa jadi bapak. Then, dari kata dasi, bisa nyambung ke langsing dan diet. hehehe...
Saya suka cerita mimpi, di awal kami berkutat tentang mimpi yang tak berujung. Mimpi si tokoh yang belum terwujud. Kemudian –entah siapa saya tak tahu ^_^- mengalihkan mimpi menjadi artis dengan kiasan yang menarik. Kecerdikan personil estafet sangat dibutuhkan untuk mengolah cerita menjadi cantik.
Dalam cerita “Teh”, kami agak kebingungan meneruskan alur. Coba baca ini, “Bagaimana mungkin usiaku masih 14 tahun. Terus aku harus bagaimana? Mungkin aku harus menikah dengan seorang lulusan sarjana berprestasi agar dia saja yang repot mengurus kebun ini dan aku, tentu saja. Istriku yang berprestasi pasti mampu bekerja keras mengelola perkebunan ini. Selain pintar dia juga kekar. Tak perlu sekekar aku, cukup dia mampu mengangkut dua keranjang di bahu. Dan bisa dipastikan juga harus kuat melayaniku. Tahukan maksudku? Sudahlah lupakan saja. “
Tokoh utama adalah laki-laki umur 14 tahun, dia mencari istri lulusan sarjana. Berapa ya selisih umurnya? hehehe. Tambah lagi, ada kata “kekar” di sana. Ngapain sarjana angkar-angkat barang berat, perempuan pula. kalau sarjana mah bisa jadi manager hehehe.. ini candaan kami saat sadar ada yang aneh dalam cerita Teh.
Menulis ide dasi membuat kami terbahak-bahak, penulis mencoba tega membuat sang ayah gila. Ide pakaian tak kalah nyleneh! Kami memutar otak memikirkan bagaimana nasib pakaian. Diberi minyak wangi, dibuang di selokan, dibakar, atau? Sampai-sampai si tokoh harus googling guna menyelamatkan nasib pakaian.
Ide mengejar adalah cerita terkonyol dan absurd, ada yang miss di sini. yang membuat balon bisa berubah menjadi ayah, kemudian jadi bom. Ceritanya sampai ke teroris juga! Benar-benar imajinasinya....
Ide surat adalah cerita yang “selamat” dari keusilan kami. Meski ada yang usil, langsung ada yang menetralisir agar dia kembali ke jalan yang benar. :)
Terakhir ide “dari”, ide ini dari Muchtar. Awalnya kami protes, idenya kok “dari”? Kata Muchtar ide memakai teknik menghitung angka dari bacaan yang ia bawa. Oke dah lajut.
Cerita dari ide “dari” ini lumayan kreatif. Awal cerita kami mencoba mengulur-nglur deskripsi siapa sebenarnya yang mematikan alarm.
“Dari cahaya yang masuk lewat celah jendela aku tahu bahwa hari ini sudah menjelang siang. Tak biasanya aku bangun sesiang ini kalau tidak karena ada yang mematikan alaram handphone-ku. Ya ampun!
“Pasti dia yang mematikanya!” dugaanku melayang pada satu nama. Ah, sudahlah! Aku harus lekas. Dari kamarku aku menuju dapur. Ada lonceng bel dari alarmku ketika aku ingin mengambil gula dari toplesnya. Berbunyi tiga kali saat sendokku masuk pada toples. Oh ternyata alarmku tidak dimatikan! Tetapi diubah jamnya jadi jam 11? Kurang aja! Aiss!
Kuletakan gelas yang belum kuaduk, aku menuju kamarnya. Apa maksudnya melakukan ini padaku? Dan ternyata pintu kamarnya terkunci. Ku gedor-gedor pintu kamarnya yang terbuat dari tripleks lapuk. Pintu lapuk itu terbuka.” Sampai beberapa putaran kami terus berputar pada si pelaku.
Sampailah cerita ini ke tangan Mahfuzh, dia memutuskan pelakunya adalah George! Si monyet cerdik. Ehm.. efek banyak menonton film, saya pikir pelaku adalah manusia, tapi ternyata adalah monyet. Hehehe..
Menulis estafet adalah salah satu teknik menulis yang menyenangkan dan menyegarkan. Sebagai penulis kita belajar sabar jika ide kita tidak sama dengan ide teman. Apalagi jika jatahnya satu orang satu kalimat, kadang kita gregetan kalau teman selanjutnya tidak paham dengan yang kita maksud. But inilah uniknya, dari satu kalimat bisa jadi beberapa ide cerita, alur yang beragam, dan pasti ada hal tak terduga.
Cerita estafet ini akan menjadi seru jika personilnya pun unik-unik. Apalagi siang itu, kami berdelapan memiliki karakter yang sama sekali berbeda! ada yang usil, kreatif, puitis, dan ada pula yang tak terbiasa dengan fiksi.
Namun ternyata, dengan bersama berbagai kharakter itu menjadi paduan yang manis saat membuat cerita.
Mau tahu bagaimana serunya cerita estafet kami? ini dia
1. Mimpi
2. Teh
3. Dasi
4. Gudang
5. Pakaian
6. Mengejar
7. Dari
8. Surat
0 Comment to "Estafet Menulis, Estafet Ketawa"
Post a Comment