FLP Malang (15/9)-di Taman Seribu Janji (di depan Rektorat UIN Maulana Malik Ibrahim), divisi Pengembangan Karya mengadakan acara rutin Sharing Karya. Acara ini diadakan seminggu sekali, setiap hari Minggu, jam 9 pagi. Setelah minggu lalu membahas cerpen berjudul “Siapakah Namamu Kasih?” karya Muchtar Prawira Sholikhin, minggu ini giliran karya Vega El-Vaza yang dibahas. Sebuah cerpen/prosa beraliran romantisme berjudul “Kota yang Dijanjikan”.
Sharing Karya sejatinya merupakan salah satu program kerja Divisi Pengembangan Karya FLP Malang. Tahun ini, pelaksanaan program Sharing Karya dipercayakan kepada Divisi Kritik Sastra, yang kini telah menjadi sub divisi di bawah Divisi Pengembangan Karya.
Menjelang fajar merangkak naik ke atas kepala, satu demi satu pembaca yang hadir memberi komentar atas karya tersebut. Satu hal yang menarik dalam pembahasan cerita Vega ini adalah, pertanyaan: "apakah tulisan ini bisa disebut sebagai cerpen?"
Beberapa sepakat bahwa keterjalinan alur, latar dan kehadiran tokoh membuat karya Vega ini cocok disebut sebagai cerita pendek (atau dalam karya sastra disebut prosa fiksi). Namun, ada sedikit kalangan yang menyebut tulisan tersebut sebagai puisi tanpa konstruksi rima dan bait. Hal itu disebabkan oleh kontennya yang sarat dengan kiasan berlebih, serta konflik batin tokoh yang terlalu mendominasi cerita. Akibatnya ketika dibaca, cerita ini sekilas nyaris tak memiliki plot, penokohan, dan setting yang jelas, sebagaimana cerpen-cerpen lain pada umumnya. Jadi, pendapat mana yang benar? Editor kami, Mizuki Arjuneko, akan membuat satu tulisan lagi untuk membahas jenis tulisan Vega, dipandang dari teori Formalisme. Apa itu formalisme? Tunggu postingan-postingan berikutnya ;-)
Akhirnya, ketika surya semakin terasa membakar hamparan rumput, satu per satu pengunjung pamit. Ada yang mengusulkan agar tiap minggu selalu ada inovasi dalam pembahasan jenis tulisan. Baik itu karya anggota FLP Malang yang belum dikirim ke media massa, maupun tulisan karya penulis lain yang sudah populer. Dengan begitu, diharapkan karya para anggota bisa disejajarkan dengan para penulis terkemuka, dan kelak dapat bersaing bersama karya-karya mereka di toko buku. Dengan begitu suasana kritik-saran dalam diskusi dapat lebih membaur, seperti halnya beragam warna yang bersatu dalam kanvas jiwa, bernama FLP Malang.
Ain Nur
ulasan singkat tentang cerpen “Kota yang Dijanjikan, karangan Vega El-Vaza”
Oleh: Ain Nur
0 Comment to "(DAS REPORTAGE) Semua Bercampur Satu dalam Kanvas Jiwa"
Post a Comment