Alur merupakan jalan cerita. Segala jenis karya tulis yang bertujuan bercerita pasti mempunyai alur. Bisa disebut alur memegang kerangka utama dalam cerita. Menunjukkan kita aliran cerita yang dibangun penulis.
Bentuk dari alur bisa bermacam-macam. Mulai alur maju, yaitu waktu mulai dari paragraf pertama sampai terakhir urut. Atau alur mundur, yaitu flashback, menjelaskan waktu-waktu belakangnya. Ada juga alur maju mundur, yang paragrafnya bisa lompat ke waktu lampau. Lalu kembali lagi pada waktu yang sesuai pada paragraf sebelumnya.
Jenis di atas akan percuma jika penulisan tidak bisa menggambarkan jalan cerita. Untuk para penulis dengan banyak karya mungkin sudah bisa langsung menulis dengan hanya membayangkan alurnya di kepala. Tetapi bagi pemula kadang malah membuat cerita acak dan tak jelas. Maka dari itu perlu membuat outline untuk awalnya. Penulisan outline pun lagi-lagi terserah penulis. Bisa berupa kalimat-kalimat yang menjelaskan paragraf-paragraf. Atau hanya poinnya saja. Yang terpenting penulis paham dengan outline.
Setelah terbentuk outline, bisa ditambahkan dengan narasi dan dialog sampai menjadi cerita yang utuh. Sekali lagi penggunaan harus sesuai kebutuhan cerita, baik narasi maupun dialog. Ketika membacanya kita bisa mengalir, namun tak membuat bingung.
Ini contohnya
Bentuk dari alur bisa bermacam-macam. Mulai alur maju, yaitu waktu mulai dari paragraf pertama sampai terakhir urut. Atau alur mundur, yaitu flashback, menjelaskan waktu-waktu belakangnya. Ada juga alur maju mundur, yang paragrafnya bisa lompat ke waktu lampau. Lalu kembali lagi pada waktu yang sesuai pada paragraf sebelumnya.
Jenis di atas akan percuma jika penulisan tidak bisa menggambarkan jalan cerita. Untuk para penulis dengan banyak karya mungkin sudah bisa langsung menulis dengan hanya membayangkan alurnya di kepala. Tetapi bagi pemula kadang malah membuat cerita acak dan tak jelas. Maka dari itu perlu membuat outline untuk awalnya. Penulisan outline pun lagi-lagi terserah penulis. Bisa berupa kalimat-kalimat yang menjelaskan paragraf-paragraf. Atau hanya poinnya saja. Yang terpenting penulis paham dengan outline.
Setelah terbentuk outline, bisa ditambahkan dengan narasi dan dialog sampai menjadi cerita yang utuh. Sekali lagi penggunaan harus sesuai kebutuhan cerita, baik narasi maupun dialog. Ketika membacanya kita bisa mengalir, namun tak membuat bingung.
Ini contohnya
Orang-orang tanpa ragu memanggil ayah sebagai Harimau. Harimau paling gesit menerkam mangsa. Matanya menyorot sesosok mangsa yang siap ia terkam. Ayah berjongkok di balik ende sambil memegang penjalin mengumpulkan kebuasan. Peluit pekembar mengundangnya ke tengah arena.
“Pertarungan peresean kali ini antara Harimau melawan Semberani….” Suara dari pengeras suara mengundang tepuk tangan dan sorakan penonton yang duduk melingkar. Musik gamelan mulai ditabuh. Di tengah arena pekembar mulai ngibing menimbulkan kepulan debu.
Hilal Imtiyaz - Presean
0 Comment to "Unsur dalam Cerita : Alur"
Post a Comment